Ramadan di Palestina, Al Aqsa Tidak Gelar Tarawih
JAKARTA
suluhsumatera : Ada suasana berbeda pada penyambutan bulan suci Ramadan tahun ini di Palestina.
Jika biasanya lentera dan lampu-lampu tergantung di rumah-rumah sepanjang Gaza, Tepi Barat, hingga Yerusalem saat Ramadan, tetapi tidak tahun ini, dengan pembatasan karena virus Corona dan ekonomi yang memburuk.
Dilansir dari laman detikcom, Sabtu (25/04/2020), bulan suci Ramadan dimulai, Jumat (24/04/2020). Seperti di negara lain, warga Palestina tahun ini menyambut Ramadan dengan kesunyian, tidak ada Salat Tarawih dan doa bersama di sejumlah masjid. Buka bersama juga sulit untuk diwujudkan.
Pembatasan ini itu untuk meredam penyebaran virus Corona berdampak kepada ekonomi. Ya, keputusan pemerintah Palestina untuk menutup sekolah, melarang resepsi pernikahan, restoran, dan masjid berimbas munculnya puluhan ribu pengangguran.
Dengan dua kematian dan 335 kasus yang terinfeksi virus Corona, berbagai peraturan diterapkan oleh Hamas di Gaza dan Otoritas Palestina di Tepi Barat dan oleh Israel di Yerusalem Timur. Termasuk, menutup Masjid Al Aqsa.
"Tidak ada jamaah, tidak ada orang, dan penutupan Masjid Al-Aqsa memiliki pengaruh besar pada orang-orang Palestina dan pada orang-orang Yerusalem pada khususnya," kata Ammar Bakir, seorang warga Yerusalem seperti dikutip Reuters.
Biasanya, masjid itu dipenuhi puluhan ribu jamaah saat bulan Ramadhan. Tapi, virus Corona membuat hanya ada azan dari masjid itu, sedangkan salat wajib dan Tarawih dilaksanakan di rumah masing-masing.
"Keputusan seperti itu adalah yang pertama dalam 1.400 tahun, itu sulit, dan menyakitkan hati kami," kata Sheikh Omar Al-Kiswani, Direktur Masjid Al-Aqsa.
Tidak hanya masjid yang sepi, tempat belanja juga tak bergairah. Pelanggan emang masih ada yang ke pasar dan toko-toko untuk membeli kurma, keju, acar, kacang, dan makanan ringan yang biasa dinikmati saat Ramadan.
Tetapi dengan keluarga yang memilih untuk menghemat uang karena wabah, jumlah yang berbelanja pun menurun. Selain itu, warga juga memilih untuk di rumah saja mewaspadai penularan virus Corona.
"Orang akan sangat berhati-hati untuk mengunjungi satu sama lain karena krisis coronavirus," kata pemilik restoran Anas Qaterji.
"Orang-orang datang ke pasar untuk membuang waktu, mereka menghibur diri mereka sendiri setelah kafe-kafe tutup. Tidak ada yang belanja," kata Sameh Abu Shaban, 57, pemilik toko kurma dan permen.
Di Tepi Barat, Palestina masih menerapkan keadaan darurat kendati lockdown telah dilonggarkan untuk memungkinkan beberapa bisnis berjalan.
"Ini adalah Ramadan yang menyedihkan," kata Maher al-Kurdi, pemilik supermarket di Hebron.
"Biasanya toko akan ramai dengan banyak orang. Tapi, masjid ditutup, yang akan merusak cita rasa Ramadan," kata dia. (*)
Comments