Impian Sang Mantan Kepala Bandara Untuk Kampung Halaman
![]() |
Drs. H. Norman Dani M.Si |
Untuk itu saat ini berusaha membangun dukungan dan menghimpun kekuatan untuk maju dalam Pilkada Kota Binjai pada 2020 mendatang melalui jalur partai. Beberapa partai sudah mulai didekati dan saat ini masih menjalin komunikasi demi memperoleh syarat minimal menjadi calon kepala daerah.
Kenyang pengalaman jadi seorang birokrat dan pernah menjabat sebagai kepala bandara di 5 kota di Indonesia, ternyata belum membuat Norman puas memgabdi buat negeri.
Masih ada yang ingin dilakukannya yakni pulang kampung dan membangun kota kelahirannya, Kota Binjai. Niat luhur ingin meningkatkan pembangunan Kota Binjai di segala bidang, membuat ayah empat anak ini kembali setelah sekian lama merantau.
“Dari pengalaman kerja dimana saya tugas di beberapa kota provinsi selalu berkesempatan membangun institusi di mana saya diberi tanggung jawab, yaitu bandar udara. Saya pernah jadi kepala bandara. Sehingga terekam dalam pikiran, bagaimana kota kelahiran saya bisa lebih ditingkatkan melalui berbagai pembangunan,” kata Norman Dani yang ditemui di sela-sela kesibukannya.
![]() |
Drs. H. Norman Dani saat berfoto bersama keluarga |
Sejak duduk di bangku sekolah, karakter pemimpin alumni SMA Negeri 1 Binjai ini sudah terlihat. Tidak heran dia sudah menjadi ketua OSIS saat duduk di bangku SMP dan aktif dia dalam kegiatan kepramukaan pemuka regu di SMA.
Sejak menamatkan sekolah di tingkat SMA, dia sudah ingin mencari tantangan di luar daerah dan ingin melanjutkan sekolah yang ada ikatan dinasnya. Tak ada sekolah itu di Binjai, sehingga saat lulus, dia pergi ke ke luar daerah untuk mengadu nasibnya demi lulus di sekolah penerbangan.
Untuk itu Norman ingin melanjutkan sekolah di Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan (PLP) di Curug, Tangerang, Banten. Sekarang menjadi Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI). Tak ada cerita menganggur dan sulit mencari pekerjaan, setelah tamat sekolah itu dia langsung kerja dalam ikatan dinas. Seperti keinginannya.
“Saya ingin sekolah yang ada ikatan dinasnya. Karena saya punya pengalaman ada teman yang berkuliah setelah tamat pun harus menganggur dan sulit mencari pekerjaan. Saya ikuti tes di sekolah penerbangan, alhamdulillah saya lulus,” katanya.
Hingga akhirnya Norman Dani pernah dipercayakan kementrian perhubungan untuk menjadi kepala bandara di sejumlah bandara di Indonesia.
Tercatat Norman pernah menjabat sebagai Kepala Bandara Stagen Kotabaru (2001), Wolter Mongonsidi Kendari (2007), Tjilik Riwut Palangkaraya (2010), Radin Inten II Lapung (2015) dan Kepala Bidang Keamanan dan Pelayanan Kantor Otoritas Bandara Soekarno-Hatta (2015).
Berdasarkan pengalaman kerja dan eksistensi pergaulan yang dimiliki, Norman mengaku sudah mengantongi sumber pendanaan dari pihak swasta yang bersedia memberikan investasi di satu lokasi, termasuk nantinya jika dia nantinya diberi amanah sebagai Wali Kota Binjai.
“Saya memiliki jaringan investor dari luar yang bisa diajak kerja sama. Mereka bersedia berinvestasi. Jadi tidak menggunakan APBD. Ini satu momen yang bisa saya manfaatkan dan bisa saya buat di kota kelahiran saya,” ujarnya.
Bangun Perguruan Tinggi
Sejak masa Hindia Belanda Kota Binjai sudah menjadi tempat pertemuan antara para pedagang dan pekerja dari berbagai perkebunan yang berada di sekitar Langkat dan Deliserdang. Namun posisi Binjai hanya jadi kota transit, bagi mereka yang ingin berbelanja di Kota Medan.
Untuk itu Norman berharap Binjai menjadi titik pertemuan tidak hanya bagi mereka yang ingin melakukan hubungan ekonomi, namun juga kebutuhan bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya bisa diakomodasi.
“Kita mau buat pinggiran kota Binjai masyarakatnya sekolah mulai dari SD hingga perguruan tinggi di Binjai. Mulai dari jurusan apa aja harus siap kita sediakan. Rumah sakit untuk pengobatan, mall untuk hiburan, wisata kita buat. Banyak potensi Kota Binjai yang dibuat, kenapa sekarang itu kita abaikan,” katanya.
Selama menimba ilmu di negeri orang, selalu di dalam benaknya ada kampung halamannya, Kota Binjai. Termasuk saat dia jalan-jalan ke luar negeri.
Berbagai capaian dan keberhasilan yang dilihatnya telah dilakukan oleh negeri jiran, kenapa tidak dia buat untuk kampung kelahirannya? Pertanyaan itu yang mengusik pikiran. Dan juga membawa hatinya pulang kampung.
Sebenarnya sejak dua dekade yang lalu, sebenarnya Norman Dani berniat untuk pulang kampung, namun institusinya selalu menahan karena tenaganya masih dibutuhkan Kementrian Perhubungan.
Dia pun tidak bisa mengelak, pasalnya ada ikatan dinas yang membuatnya harus mengemban tanggung jawab pada institusinya di mana dia dididik awalnya.
“Dirjen Kementrian Perhubungan Udara saat itu belum setuju, karena saat itu saya masih memiliki potensi. Dedikasi dan pengalamannya masih dibutuhkan negara. Namun sekarang saya masih sehat dan bisa berbuat, saya ingin berbakti untuk kampung halaman,” katanya.
Untuk itu Norman ingin mulai membantu membangun sumber daya manusia Kota Binjai melalui program bea siswa dan memiliki perguruan tinggi yang representatif dan sesuai dengan kebutuhan.
Pelajar-pelajar yang memiliki potensi dan prestasi untuk bisa disponsori melanjutkan pendidikan di luar negeri.
“Pendidikan harus disponsori, pemuda-pemuda yang pintar kita sekolahkan di luar negeri. Sehingga balik kemari sudah bisa membangun Binjai. Baik bidang agama, teknik, IT, industri dan bebagai sektor kita upayakan. Supaya ditingkatkan manusianya,” katanya.
Comments