Mafia Beras Masih Gerogoti Bansos
JAKARTA
suluhsumatera : Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) memastikan pasokan beras dalam negeri aman dan tidak perlu impor, karena pasokan di gudang Perum Bulog mencapai 1,7 juta ton.
Dilansir dari laman detikcom, Kamis (20/02/2020), kendalanya per hari ini realisasi penyaluran beras untuk operasi pasar baru mencapai 247.000 ton dan untuk program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) 28.000 ton.
Sementara itu, Bulog harus menyerap hasil panen raya di bulan Maret-April mendatang sebanyak 1,7 juta ton.
"Minimal 2 bulan lagi saya harus serap. Minimal serap 1,7 juta ton. Karena prediksi Mentan itu tahun ini yang nanti Maret-April itu kita panennya hampir 7 juta ton," kata Buwas di kantornya, Jakarta, Rabu (19/02/2020).
Dalam penyaluran ini, Bulog memang menemui hambatan. Bahkan, Buwas mengatakan beras Bulog ditolak di pasar.
"Sebenarnya stok beras di pasaran masih banyak. Buktinya kita suplai ke pasar-pasar masih ditolak, karena dia masih kelebihan stok," imbuh Buwas.
Buwas mengungkapkan, meski pasokan beras cukup belum tentu aman dari mafia beras.
"Belum tentu aman dari mafia. Karena mafia mencari peluang terus," ungkap Buwas dalam peresmian kedai Jenderal Kopi Nusantara di kantor pusat Bulog, Jakarta, Rabu (19/02/2020).
Salah satu celah yang dimanfaatkan mafia beras, kata Buwas, yakni program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
"Dalam program-program BPNT misalnya. Itu kan dimanfaatkan kelompok mafia," tutur Buwas.
Sebelumnya, Buwas mengatakan, modus yang digunakan mafia beras dalam program BPNT yakni menyamar sebagai penyalur BPNT atau e-warong palsu.
Dalam penindaklanjutan mafia di program BPNT, Buwas bekerja sama dengan Satgas Pangan. Ketika ditanyakan hasil investigasinya, Buwas enggan menjawab.
"Itu (mafia) terserah Satgas Pangan mau diapakan," pungkas mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) tersebut.
Sebagai informasi, Buwas pernah mengungkapkan ada 300 lebih e-warong siluman atau palsu yang beredar di seluruh Indonesia. E-warong tersebut merupakan penyalur BPNT yang terdaftar di Kementerian Sosial (Kemensos).
Buwas mengatakan, dari temuan tersebut, diantaranya ada yang juga membuka usaha tambal ban namun juga berkedok e-warong.
"Ternyata e-warong ini tidak terdata, ternyata tambal ban. Itu saya telisik sudah 300 lebih, yang menemukan tim saya, tapi tim saya tidak hanya Bulog, rahasia. Kalau hanya tim dari Bulog kan tidak bisa 100 persen dipercaya," pungkas Buwas dalam konferensi pers temuan BPNT, di Gedung Bulog, Jakarta, Senin (23/9/2019).
Ia memaparkan, saat ini ada sekitar 3.000 e-warong yang ada di seluruh Indonesia. Artinya, ada sekitar 10 persen dari e-warong tersebut yang merupakan e-warong 'siluman'.
E-warong siluman tersebutlah yang menurut Buwas melakukan aksi penyelewengan dari penyaluran BPNT. Perlu diketahui, penyelewengan ini dilakukan dengan menggunakan karung beras Bulog palsu dan diisi dengan beras medium.
Padahal, beras yang disalurkan Bulog ke BPNT merupakan beras berkualitas premium. (*)
Comments