Siswa Seminari Ini Dikeluarkan dari Sekolah, Karena Hukum Junior Jilat Sendok Diolesi Tinja
SIKKA
suluhsumatera : Sebanyak dua siswa Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere, Kab. Sikka, Nusa Tenggara Timur, dikeluarkan dari sekolah.
Pasalnya, mereka memaksa sebanyak 30 orang juniornya, siswa SMP kelas VII di sekolah itu, menjilat sendok yang sudah dioleskan ke kotoran manusia.
Dilansir dari laman detikcom, Rabu (26/02/2020), masalah ini bermula ketika dua senior yang bertugas membimbing kegiatan siswa sehari-hari memeriksa kebersihan di asrama, pada pukul 05.13 WIB, Rabu (19/2/2020). Untuk diketahui, siswa SMA dan SMP di sekolah itu tinggal di asrama.
"Jadi, kelas VII atau kelas I SMP kan dilakukan pemeriksaan kebersihan oleh siswa SMA atau senionya yang bimbing kegiatan sehari-hari, dua orang," kata Kapolres Sikka AKBP Sajimin saat dihubungi detikcom, Selasa (25/02/2020).
Saat pemeriksaan, dua senior pembimbing menemukan kotoran manusia di salah satu lemari. Dua senior itu lalu bertanya kepada siswa-siswa kelas VII, tapi tidak ada yang mengaku.
"Dalam pemeriksaan itu dalam almari ditemukan kotoran manusia di dalam plastik. Ditanyakan anak-anak SMP ini, siapa yang naruh dan sebagainya, dari 30 itu tidak ada yang ngaku," ujarnya.
"Karena tidak ngaku, akhirnya sendok itu dioleskan ke kotoran, disuruh jilat satu per satu. Bukan perpeloncoan. Total 30 orang (siswa SMP)," imbuhnya.
Usai itu, seorang siswa berinisial K pulang ke rumah. Dia tidak kembali ke sekolah hingga tanggal 21 Februari, karena takut ketahuan.
"Karena dia takut, diantar ke orangtua ke sekolah," ucapnya. Pihak sekolah lalu melakukan pertemuan dengan para orangtua siswa terkait masalah itu.
Pihak sekolah lalu mengundang seluruh orang tua siswa SMP dan SMA terkait 30 peristiwa itu. Orang tua siswa meminta 2 siswa SMA itu dikeluarkan.
"Tadi sudah dilakukan rapat, kepala sekolah SMP, SMA, dan sekolah, orangtua," kata Sajimin.
Dia mengatakan, ada 2 poin yang menjadi tuntutan orang tua siswa. Selain mengeluarkan 2 senior pembimbing, ortu juga meminta sekolah memperketat pengawasan.
"Orangtua menuntut keluarkan dua pembimbing atau kakak kelas. Kedua, ketatkan pengawasan kenapa kok bisa seperti itu. Tanggapan sekolah dia menyanggupi untuk mengeluarkan dua orang itu dan akan melakukan perbaikan sekolah agar tidak terjadi lagi," tutur AKBP. Sajimin.
Dua siswa SMA kelas XI itu tetap diizinkan mengikuti ujian. Namun, keduanya tidak boleh tinggal di asrama.
"Karena dua orang ini sudah terdaftar sekolah, tetap ikuti ujian dan UN nantinya. Cuma nggak tinggal di asrama," ujarnya.
Sujiman mengatakan, masalah ini sudah diselesaikan dalam lingkup sekolah dan orang tua siswa. Tidak ada situasi rusuh akibat kejadian ini. "Situasi kondusif," tuturnya. (*)
Comments