Tidak Ada Sinyal Internet, Sejumlah Pelajar di Simalungun Terpaksa Mendaki Perbukitan dan Memanjat Pohon untuk Belajar Daring
![]() |
Para pelajar memanjat pohon untuk mendapatkan sinyal internet, guna mengikuti pelajaran secara Daring dari sekolahnya. Foto: suluhsumatera/ist.
|
SIMALUNGUN
suluhsumatera : Sejumlah siswa yang ada di Desa Siporkas, Kec. Raya, Kab. Simalungun, Sumatera Utara (Sumut), mengalami kesulitan untuk belajar secara mandiri di rumah (Daring) selama masa pandemi Covid-19, akibat tidak adanya sinyal jaringan internet di daerah tempat tinggal mereka.
Para siswa terpaksa berjuang dengan cara mendaki ke atas perbukitan, bahkan harus memanjat pepohonan.
Mereka menempuh jarak sejauh lebih kurang 1 Km dari desa mereka, hanya untuk mendapatkan sinyal internet guna mengikuti pembelajaran sekolah.
Desa Siporkas, tempat tinggal para pelajar tersebut, berjarak sekira 25 Km dari ibukota Kab. Simalungun.
Desa ini terdiri dari tujuh dusun dan dihuni sekira 600 Kepala Keluarga (KK), yang hingga kini masyarakatnya masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan sinyal.
Tidak hanya jaringan internet, bahkan jaringan untuk bertelepon saja pun masyarakat di desa ini sulit untuk mendapatkannya.
Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, para siswa, khususnya di Desa Siporkas diberlakukan sistem Daring.
Untuk mengikuti pelajaran melalui Daring, terpaksa harus berjuang dengan menempuh perjalanan cukup jauh dan mendaki perbukitan, bahkan memanjat pepohonan untuk mendapatkan sinyal jaringan internet.
Kepala Desa Siporkas, Hendra Putra Saragih menjelaskan, selain perjuangan menempuh jarak sejauh 1,5 Km dengan mendaki perbukitan dan memanjat pepohonan untuk mendapatkan sinyal internet, para orang tua siswa juga harus mengeluarkan biaya tambahan membeli android (smart phone) serta membeli paket internet, agar dapat memenuhi kebutuhan anak megikuti pembelajaran yang diberikan guru.
"Ya seperti yang kita lihat, para siswa ini harus berjalan sangat jauh ke daerah perbukitan dan harus memanjat pepohonan untuk dapat sinyal dan jaringan internet. Tidak hanya jaringan internet, untuk menelepon saja warga kita di sini susah sinyalnya," pungkas Hendra.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Simalungun, Elviani Sitepu yang ditemui wartawan di Kantor Dinas Pendidikan Simalungun menjelaskan, tidak semua sekolah yang ada di Kab. Simalungun, diberlakukan sistem belajar Daring.
Menurutnya, pihak sekolah juga memberlakukan pembelajaran sistem luar jaringan (Luring).
Dinas Pendidikan Simalungun melalui Korwil dan UPT kata dia, telah mengeluarkan surat edaran terkait untuk sistem pembelajaran yang akan akan diberlakukan untuk siswa SD dan SMP, yakni dengan dua metode sistem belajar, yakni Daring dan Luring.
"Kita sudah keluarkan surat edaran ke seluruh sekolah tingkat SD dan SMP yang ada di Kab. Simalungun, untuk sistem metode pembelajaran. Jangankan di daerah pedalaman, siswa yang ada di daerah perkotaan juga kita masih ada menggunakan sistem pembelajaran secara Luring. Karena kita ketahui tidak semua siswa dan orang tua siswa memiliki android, untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran sacara Daring ini," paparnya.
"Sistem Luring ini, yakni siswa boleh datang ke sekolah untuk mengambil tugas dan bahan pembelajaran sekolah, atau guru yang medatangi ke rumah siswa, memberikan tugas dan pembelajaran sekolah. Namun tetap dengan protokol kesehatan," timpalnya.
Elviani juga mengapresiasi dan memberikan semangat kepada siswa di Desa Siporkas, karena masih mau dan berkeinginan kuat mengikuti pembelajaran secara Daring, sampai rela menempuh jarak yang sangat jauh dengan mendaki perbukitan dan memanjat pepohonan, demi mengikuti pembelajaran. (syahru)
Comments