Luar Biasa! Panri Warga Siantar Mampu Ubah Sampah Plastik Jadi BBM
![]() |
Panri Syahputra Tarigan, saat menunjukkan BBM hasil olahannya dari sampah plastik. Foto: suluhsumatera/syahru. |
PEMATANGSIANTAR
suluhsumatera : Sampah plastik yang selama ini dianggap sebagi masalah besar karena membutuhkan waktu cukup lama agar terurai dan hancur, kini justru menjadi sumber ekonomi sangat menjanjikan.
Panri Syahputra Tarigan, 41, warga Jalan Naga Huta, Kec. Siantar Sitalasari, Kota Pematangsiantar, memiliki kelebihan yang terbilang mengejutkan.
Bagaimana tidak, pria ini mampu mengolah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Ditangannya, 1 kilogram sampah plastik dapat menghasilkan 1 liter BBM dan jenis minyak yang dihasilkan tidak hanya hanya satu jenis saja.
Panri menjelaskan, proses pembakaran sampah plastik ini dapat menghasilkan beberapa jenis minyak, seperti Bensin, Solar, Pertalite maupun Minyak Tanah, hanya tinggal mengatur suhu api saja.
Saat ini, dari rakitan pembakaran yang dibuatnya sendiri, mampu menghasilkan 80 liter minyak dari 80 Kg sampah plastik.
"Sampah yang dibakar tidak ada sisa, contohnya, prosesnya dalam 40 Kg sampah plastik butuh 4 jam untuk menghasilkan 40 liter minyak, baik itu solar maupun bensin, kemudian, untuk menentukan persentase jumlah minyak antara minyak tanah, bensin dan solar, itu tergantung suhu panas api," jelasnya saat dijumpai tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Panri juga menjelaskan, kegiatan ini, baru saja dijalaninya selama empat bulan. Menurutnya, biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan 40 liter minyak berkisar Rp150 ribu.
![]() |
Panri Syahputra Tarigan, saat menunjukkan BBM hasil olahannya dari sampah plastik. Foto: suluhsumatera/syahru. |
Biaya tersebut dihitung mulai dari pembelian sampah plastik bersih dari pemulung seharga Rp.1.000/Kg, gas elpiji dengan biaya Rp40 ribu dan upah tenaga yang mengerjakannya.
Dalam kalkulasinya, ia masih dapat untuk menghasilkan keuntungan mencapai Rp100 ribu dari hasil mengolah sampah plastik 40 Kg.
"Kalau dihitung untung ruginya, sebenarnya bisa untung. Contohnya minyak Solar harga per liternya Rp.6.500, jika dikalikan 40 liter menjadi Rp206 ribu. Sementara biaya operasionalnya hanya Rp150 ribu," ucapnya.
Namun Panri mengatakan, minyak yang dihasilkannya hanya dipergunakan untuk kebutuhannya sendiri, baik untuk kenderaan roda 2 dan 4 serta mesin pencacah sampah miliknya.
Menurutnya, selama menggunakan BBM yang dihasilkannya ini, tidak ada masalah terhadap mesin.
Panri Syahputra Tarigan bercerita, pengalamannya bersama beberapa temannya di Bandung, Jawa Barat, pihak Pertamina sudah pernah menguji kualitas bahan bakar yang mereka hasilkan.
Menurutnya, oktan besin mencapai 97 persen, solar 68 persen, dan minyak yang mereka hasilkan ini dimanfaatkan sejumlah pabrik kecil yang ada di Bandung, dulunya saat bersama teman-temanya yang merupakan mahasiswa ITB.
Mereka melakukan hal yang sama yang dia lakukan saat ini, mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak.
Dia berharap Pertamina mau menguji kualitas minyak yang dihasilkannya dan kedepannya dapat dilegalkan untuk diperjualbelikan.
Dibalik apa yang dikerjakannya ini, ia pun berharap kepada banyak pihak untuk turut membantu agar sampah, khususnya sampah plastik yang dinilai sangat meresahkan dapat dimanfaatkan maksimal dan Kota Pematangsiantar dapat menjadi kota bersih, sehat, indah, dan ramah lingkungan.
"Dulu sudah pernah kita sampaikan ke Pemko Pematangsiantar, bahkan sampai kita praktekkan di hadapan Walikota, cara pengolahan sampah plastik ini menjadi bahan bakar, namun, sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya. Kita berharap, Kota Pematangsiantar ini bisa bersih, dari sampah-sampah plastik yang kita manfaatkan," sebutnya.
Panri berkeyakinan, dalam satu hari dapat mengubah 1-2 ton sampah plastik menjadi minyak, jika pemerintah atau pihak lain mau membantunya.
"Kita berharap pemerintah siap menfasilitasi dana maupun keperluan lainnya, toh juga yang dapat nama dalam hal ini pemerintah," ucapnya dengan mengkalkulasikan dana yang dibutuhkan untuk membakar 500 kilogram sampah, membutuhkqn Rp50 juta. (syahru)
Comments