Barcelona dan Real Madrid Harus Telan Pil Pahit, Liga Super Eropa Sudah Mati
Suluhsumatera - Liga Super Eropa resmi diumumkan pada Minggu (18/4/2021) lalu, akan dimulai awal musim ini. Namun hanya hitungan jam setelah diumumkan kompetisi ini diyakini telah mati.
Hal itu tidak lepas dari derasnya gelombang protes dari berbagai pihak. Mulai suporter, pemain hingga petinggi klub. Tak terkecuali Presiden FIFAdan UEFA.
Bahkan terbaru presiden La Liga Spanyol, Javier Tebas menilai Liga Super Eropa sudah mati sebelum bergulir. Mengingat sejumlah klub yang semula masuk daftar kontestat, satu per satu mengundurkan diri.
Praktis saat ini tersisa Real Madrid dan Barcelona, serta Juventus (Italia) yang belum membuat pernyataan resmi mengenai pengunduran diri mereka dari Liga Super Eropa atau European Super League (ESL).
Situasi itu membuat Javier Tebas membuat pernyataan yang meminta Barcelona dan Madrid harus realistis melihat kenyataan yang ada bahwa Liga Super Eropa sudah mati.
“(ESL) Larut seperti gula,” kata Tebas tentang Liga Super Eropa, Kamis (22/4/2021).
“Hanya dalam 48 jam, itu hampir habis,” ujarnya lagi, dikutip dari ESPN.
Alasan Pendirian ESL Tidak Masuk Akal
Javier Tebas juga menilai alasan para inisiator ESL untuk membuat sepak bola lebih hidup, tidak masuk akal.
Malah sebaliknya, kompetisi yang memisahkan diri dari UEFA dan FIFA ini malah merusak olahraga nomor satu di dunia ini.
“Jika itu akan menjadi semua indah untuk sepak bola, mereka tidak akan melakukan ini di belakang kami, tersembunyi.”
“Entah mereka berbohong, atau mereka salah bahwa ini akan membantu sepak bola. Padahal sebaliknya, itu menghancurkan sepakbola,” tegasnya.
Seperti diketahui, salah satu alasan pendirian Liga Super Eropa – Barcelona dan Real Madrid serta 10 klub lainnya sebagai inisiator – karena tim-tim besar ini menilai mereka harus berkumpul dalam sebuah kompetisi yang ketat.
Dengan kompetisi super ketat bernama Liga Super Eropa itu, Florentino Perez (inisiator utama ESL) meyakini mereka bisa meraih jumlah penonton maksimal di setiap pertandingan.
Itu karena tim yang berkompetisi adalah klub-klub kuat dan bertabur bintang.
Alasan itu dibantah Javier Tebas. Ia mengingatkan Barca dan Real Madrid bahwa mereka kuat karena persaingan di Spanyol.
Itu adalah kekuatan La Liga, katanya.
“Mereka seperti itu karena kompetisi Spanyol,” kata Javier Tebas.
Tebas yakin baik presiden Real Madrid Florentino Perez dan Juan Laporta (Presiden Barca) salah dalam berpikir bahwa Liga Super adalah kebutuhan sepakbola.
“Pandemi itu menimbulkan kerugian, dan jelas klub yang lebih besar memiliki biaya yang lebih besar,” katanya.
“Tapi selain pandemi, Real Madrid tidak pernah mengalami kerugian dalam lima tahun sebelumnya. Sepak bola Eropa tidak akan
bangkrut pada tahun 2024. Kita tidak mengalami malapetaka seperti yang mereka maksud,” ujar Tebas.
Sehingga Javier Tebas menilai para pendiri Liga Super Eropa keliru dalam menanggapi persoalan yang dihadapi klub dan membentuk kompetisi terpisah bukan solusi.
Comments