Almarhum Armin Nasution "Sang Intelektual Humoris, Catatan Kecil Seorang Kader PMII
OLEH : Akhmad Gojali Harahap
"BERGUNAKAH ?. Adakah Gunanya ?". Dua kata itu masih terngiang dan selalu mengawali ketika bertemu Armin Nasution (bang Armin), senior yang dikenal intelektual, humoris dan idiolog PMII di Sumatera Utara, di Jl. Palang Merah No. 80, tahun 1992-an-2000-an.
Sepintas memang pragmatis, karena "bola-bola pendek" seperti rokok Gudang Garam Filter, nasi bungkus, kopi dll... terkadang harus dihadirkan untuk keberlanjutan ngobrol atau diskusi serius dengan beliau.
Tetapi, disisi lain, bang Armin sedang mengajari kami menjadi "umat terbaik" yang tentu harus berguna bagi umat lain.
Ketika diskusi, akan selalu muncul humor yang membuat suasana mencair, intelektual dengan kata-kata kasar, tetapi semua lawan bicaranya sudah paham dan tidak ada yang keberatan, karena bang Armin mengeluarkan itu ketika lawan bicaranya tidak nyambung, misalnya, "hooooo Lombu". Bahkan dia tidak canggung mengemukakan "dasar bodat" sambil tertawa.
Kata-kata itu muncul, ketika kebodohan seseorang tumpah-ruah. Dia ibaratkan air (kebodohan) dalam gelas yang kepenuhan dan kemudian tumpah.
"Kalau si Anu ini dek (sambil menyebut/menunjuk seseorang) otaknya penuh dengan kebodohan, sangkin penuhnya, tumpah keluar," sambil tertawa dan disuruh belajar serta baca buku.
Kata-kata lombu, bodat, disaat kader tidak bertindak dan tidak menggunakan akal sehat, layaknya manusia mulia sebagai khalifah di bumi. Yang saya ingat, dalam hal ini, sering mengutip tokoh Aristoteles.
Luar biasa bang Armin, kaya dengan intelektual dan sangat menguasai berbagai literasi disiplin ilmu pengetahuan. Juga menjadi pencerah bagi kader-kader PMII di Sumatera Utara.
Saya orang yang "dipaksa" untuk out of the box dari "tradisi" yang waktu itu saya lakukan. Sekira tahun 1993 (semester III). Bertemu di Wisma PHI Jl. Binjai pada acara PMII. Kebetulan saya waktu itu sebagai "pembaca ayat suci Al-Qur'an" direkam oleh bang Armin dgn tip recorder kecil yang selalu dia bawak.
Dibelakang Aula Wisma PHI sambil ngopi, dia bilang sama saya, "Dek, suaramu bagus dan itu kelebihan, tetapi kalau mau jadi tokoh, bisa pidato seperti abang tadi (kebetulan dia yang pidato/sambutan), di hadapan ratusan mahasiswa bahkan nanti ribuan, tinggalkan pecimu itu dan jangan mau jadi langganan tukang ngaji dan tukang doa, levelmu hanya itu-itu saja, tidak naik kelas dan tidak bisa jadi tokoh," katanya sambil tertawa.
Saya lama merenung, sambil kesal, pikiran yang kontradiktif dengan doktrin yang selama ini kami emban. Tetapi, saya berkesimpulan apa yang disampaikan bang Armin benar dan mulai saat itu saya tdidak mau lagi jadi tukang ngaji dan tukang doa semata.
Alhamdulillah, dapat berpidato di depan ratusan bahkan ribuan mahasiswa. Karena, bisa jadi Ketua Komisyariat, Sekum Korcab, Sekjen PB PMII, peluang untuk pidato semakin terbuka lebar.
Kelebihan pimpinan organisasi dengan anggota, kata bang Armin, dapat pidato dan dapat tanda tangan, kalau anggota, tidak. Luar biasa bang Armin sangat inspiratif dan melahirkan banyak tokoh.
Saya turut berduka dan sangat kehilangan, insya Allah husnul khotimah dan yurga buat beliau. Amien...Alfatihah. (*)
Akhmad Gojali Harahap adalah Ketua PB IKA PMII
Comments