Resahkan Warga, Wakil Ketua DPRD Rohil Desak UPT PUPR Riau Pantau Pekerjaan Drainase di Rohil
ROHIL
suluhsumatera : Mengetahui pelaksanaan pembangunan drainase dibawah Kementerian PUPR di Rokan Hilir (Rohil) terkesan mangkrak, Wakil Ketia DPRD Rohil, Hamzah SHI, MM mendesak UPT PUPR Riau untuk memantau.
Hal itu diungkapkan Hamzah yang juga menjabat sebagai Sekretaris Partai Hanura Rohil kepada wartawan, Senin (18/04/2022) petang.
"Kita mendesak agar UPT PUPR Riau meninjau ke lapangan, jangan hanya duduk saja di kantor, bila perlu kontraktornya dipanggil," tegas Hamzah.
Dikatakan, pembangunan yang menelan APBN yang dikerjakan di Jalan Lintas Riau-Sumut, tepatnya di Km 03, Kel. Bahtera Makmur Kota, Kec. Bagan Sinembah itu sudah sangat meresahkan.
Pasalnya, tepat di depan kediaman sekaligus tempat usaha Bendahara Partai Hanura Rohil, Herawati, pembangunan malah berhenti. Sedangkan di sisi lainnya sudah dilakukan pemasangan batu dan bahkan sudah finishing.
"Ini sudah sangat meresahkan masyarakat karena dampak dari pekerjaan yang tak siap membuat banjir di rumah masyarakat, dan sangat berbahaya karena parit tertutup air genangan," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, beberapa hari sebelum diguyur hujan sehingga menyebabkan banjir, pada Sabtu (17/04/2022), warga dengan didampingi Lurah setempat sempat menebar bibit ikan lele di lokasi.
Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes lambannya pekerjaan dan kualitas pekerjaan diduga tidak sesuai dengan spesifikasi.
"Penebaran bibit lele itu dilakukan sebagai bentuk protes karena pengerjaan yang lambat. Hal itu terbukti dengan menggenangnya air di lokasi ini," pungkasnya.
Sementara itu, warga setempat yang memiliki usaha Toko pakaian, Herawati yang diketahui sebagai Bendahara Partai Hanura Rohil ini mengaku sangat kecewa keterlambatan pengerjaan drainase persis di depan tokonya.
Namun begitu, ia berharap pelaksana kegiatan dapat merampungkan pekerjaan yang mana di sisi lain sudah hampir rampung dikerjakan, akan tetapi di depan tokonya tak kunjung dikerjakan sehingga air menggenang.
"Harapan kita agar ini segera dikerjakan, ini menghambat orang mau beli ke toko kita, orang harus memutar kesana, kesana, intinya merugikan kita. Penggalian parit ini sudah hampir dua bulan tapi tidak juga dikerjakan. Sementara di tempat lain dikerjakan malah di tempat kita yang ada penghuni nya tidak dikerjakan, sementara disana tidak ada penghuninya tetapi dikerjakan, kita kesal banget untuk itu," ujarnya.
Selain digenangi air, kondisi drainase yang sudah dipasang batu dan diplester juga terlihat sudah retak. Padahal, drainase itu belum dirasakan manfaatnya oleh warga namun sudah retak.
Pada Ahad (17/04/2020) sekira pukul 16.00 WIB, di lokasi tersebut tepatnya di Jln. Lintas Riau-Sumut Km 03, Bagan Batu, Kel. Bahtera Makmur Kota, Kec. Bagan Sinembah, situasi di proyek drainase banjir hingga ke badan jalan pasca diguyur hujan deras.
Air guyuran hujan itu terjebak di drainase yang belum rampung dikerjakan sejak dua bulan lalu itu, karena tidak adanya pembuangan air.
Ketua RT, Iyan mengatakan, genangan air hujan di drainase itu sangat membahayakan bagi pengendara yang melintas. Untung saja, selama air menggenang hingga ke badan jalan tidak terjadi kecelakaan.
"Belum rampung dikerjakan, entah apa sebabnya sehingga parit tidak ada pembuangannya," terang Iyan.
Dia mengatakan, bentuk protes terhadap pelaksanaan itu juga sudah berulangkali dilakukan, mulai dari keluhan pemilik toko hingga, pada Rabu (13/04/2022) lalu, ditebar bibit lele, pelaksana kegiatan tidak kunjung merespon.
"Kalau seperti ini, kementerian PUPR seharusnya bisa memberikan sanksi atau Finalti terhadap pelaksana kegiatan, sebab proyek ini seharusnya dibangun untuk bermanfaat bagi masyarakat malah sebaliknya, dan perlu diketahui pembangunan ini juga berkat partisipasi masyarakat dalam membayar pajak, bukan uang perusahaan sebagai pelaksana kegiatan," ungkapnya kesal.
Pihak PT. LWP bernama Dani yang dikonfirmasi belum memberikan tanggapan terkait penebaran bibit ikan lele dan kondisi drainase yang retak atau pecah tersebut.
Namun sebelumnya, Dani yang dikonfirmasi terkait mandeknya pengerjaan di lokasi tersebut mengatakan bahwa pekerjaan masih dalam proses.
Akan tetapi untuk pembuangan belum bisa dikerjakan mengingat adanya perbedaan tinggi dinding dan elevasinya.
Ia menambahkan, setelah yang lain selesai baru dikerjakan pembuangannya, kalau digali tapi tidak langsung dikerjakan, pelaksana takut dan akan mengakibatkan longsoran, karena posisinya ditikungan.
Ketika disinggung apakah pekerjaan itu terdapat kesalahan karena perbedaan tinggi dinding dan elevasinya, ia membantah hal itu bukan kesalahan.
"Itu namanya bukan kesalahan bang, itu terjadi karena kontur jalan yang ada, tinggal kita merencanakan dalam pelaksanaannya,"!jawabnya kembali.
Ia juga menambahkan, akan melakukan pekerjaan di lokasi yang dimaksud, namun tetapi menunggu selesai pekerjaan di sisi lain, mengingat tumpukan material dapat menggangu lalu lintas jalan. (yan)
Comments