Serangan Kera Ekor Panjang Semakin Menjadi di Kunungkidul
Suluhsumatera - Serangan kera ekor panjang semakin menjadi. Di Kapanewon Tepus, khususnya di Kalurahan Purwodadi primata liar ini menyerang lahan pertanian dan menghabiskan tanaman pangan yang dibudidayakan warga setempat.
Tak hanya itu, tanaman buahpun ludes dimakan kera ekor panjang ini. Warsito salah seorang warga setempat menuturkan, serangan kera ekor panjang belakangan ini memang kian menggila. Tanaman palawija yang ia budidayakan selama musim hujan ini habis dimakan oleh kawanan kera ekor panjang tersebut.
Dilansir iNews, menurut Warsito serangan kera ekor panjang tersebut sebenarnya sudah terjadi sejak 2018 yang lalu. Namun serangan kera ekor panjang ini semakin parah di 2022 ini.
Tak hanya tanaman palawija dan buah, kawanan kera kini menyerang gubuk-gubuk milik warga yang dibangun di ladang. "Jumlahnya ratusan. Kalau turun bergerombol," ujar dia.
Akibat serangan kera ekor panjang tersebut warga harus rela berjaga di ladang mereka. Mereka bergiliran berjaga di ladang sembari membawa berbagai senjata seperti senapan angin yang dimodifikasi. Tujuannya untuk mengusir kera ekor panjang tersebut agar tidak datang ke lahan pertanian mereka.
Serangan kera ekor panjang ini membuat mereka resah lantaran petani mengalami kerugian yang tidak sedikit. Mereka berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan persoalan yang dihadapi oleh para petani akibat hama kera ekor panjang tersebut.
"Senapan angin ini kami modifikasi agar bisa meledak di udara. Sehingga monyet-monyet itu takut," ujarnya.
Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul mengakui serangan kera ekor panjang tersebut. Bahkan mereka mencatat hampir separuh wilayah terdampak invasi kera ekor panjang. Upaya penanganan pun menemui kesulitan karena terbentur aturan.
Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), DPP Gunungkidul, Jayadi mengungkapkan ada 9 dari 18 kapanewon yang lahan pertaniannya terdampak.
Sebagian besar habitat primata ini berada sisi selatan, mulai dari Purwosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, dan Girisubo. Lainnya adalah Paliyan, Semin, dan Ponjong.
"Kebetulan habitat kera ekor panjang berada di 9 kapanewon ini. Tetapi kemunginan bertambah lagi," katanya dihubungi pada Minggu (10/04/2022).
Upaya penanganan kera ekor panjang sulit lantaran hewan ini berstatus dilindungi selama berada di habitatnya. Sedangkan populasinya terus mengalami peningkatan, sehingga tak sebanding dengan upaya pengurangan.
"Paling masuk akal sebenarnya pengurangan populasi, namun dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) tidak merekomendasikan itu," ungkap Jayadi.
Comments