OEP Strategi Dagang untuk Menarik Konsumen
Oleh : Nahda Adila (200907014), Salwa Nurmala Sari Siregar (200907020), Nadia Setia (200907078), Gantari Firjatullah (200907090), Elhot Nicolas R Sianturi (200907100)
Di kehidupan sehari hari kita sering menemukan penjual menetapkan harga tidak genap, seperti Rp.9.999. Padahal dapat saja digenapkan menjadi Rp.10.000.
Ini merupakan bagian dari Odd-Even Pricing (OEP). Angka terakhir dari harga tersebut adalah 9, sebuah angka ganjil. Strategi ini membuat calon konsumen fokus pada angka pertama atau awal saja.
Kita kembali ke contoh tadi. Misalnya, ada merek yang menjual Hp seharga Rp.6.999.999. Ini akan menciptakan ilusi harga Hp sebesar Rp6 juta, bukannya mendekati Rp7 juta.
OEP ini sering kita lihat di ritel supermarket dan toko yang berada di mall. OEP merupakan jenis penetapan harga yang mempengaruhi psikologis dengan dasar teori bahwa pelanggan memilih harga-harga yang tidak dicantumkan dalam angka yang genap.
OEP dapat membuat harga terlihat murah. Ini juga mendorong terciptanya ilusi diskon. Di zaman sekarang, odd pricing sangat sering ditemui.
Padahal, dulunya, ia diciptakan dengan tujuan yang sangat berbeda. Saat berbelanja, angka yang tidak bulat memaksa petugas kasir membuka mesin kasirnya. Ini dilakukan untuk mengambil kembalian. Pada zaman dulu, pembukaan mesin inilah yang dihitung sebagai satu kali penjualan.
Pada masa sekarang, penjualan tidak melulu soal terbukanya mesin kasir. Oleh karena itu, strategi ini tak lagi berhubungan dengan perhitungan penjualan. Ia semata-mata digunakan untuk menciptakan ilusi harga yang lebih murah.
Dalam artikel ini, kami akan membahas bagaimana keuntungan bagi perusahaan dan konsumen dalam system ini. Kami juga akan memberi beberapa opini pada pelaku usaha dan konsumen di Kota Metro dalam menetapkan system penetapan harga ini.
Keuntungan penggunaan system ini pada perusahaan dan konsumen antara lain: pada umumnya, harga produk ditetapkan tidak genap dalam ribuan rupiah, namun ditulis seratus rupiah lebih tinggi atau kurang dari angka ribuan. Seperti sebuah produk dihargai Rp.9.900, atau dapat juga Rp.19.100.
Secara psikologis, harga Rp.9.900, memaksa konsumen untuk menilai bahwa itu memang kurang dari nominal Rp.10.000. Di samping itu, untuk harga Rp.19.100, memaksa kita untuk menambah nilai Rp.100, yang bagi konsumen terasa kecil namun hal itu tetap akan menambah keuntungan perusahaan.
Potongan harga yang menggunakan strategi OEP cenderung akan meningkatkan pilihan konsumen pada produk tersebut, karena secara afeksi dan kognitif, informasi harga tersebut akan diproses dalam otak dan menghasilkan sebuah persepsi yang mendorong konsumen untuk berperilaku dalam membeli produk atau jasa yang ditawarkan.
Penentuan harga tersebut dilakukan untuk menarik minat konsumen dalam pembelian produk-produk yang ada di mall ataupun supermarket.
Penggunaan harga ganjil-genap sangat menarik minat konsumen dalam membeli produk-produk tersebut. Semakin banyak produk yang ditawarkan melalui penentuan harga tersebut.
Meskipun dapat dikatakan penentuan harga odd pricing efektif karena sangat menarik minat konsumen untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan dan memberikan keuntungan.
Tetapi, ada juga hal yang merugikan konsumen. Misalkan harga yang ditempel di kemasan senilai Rp.21.900. Namun ketika konsumen membayar di kasir dengan uang senilai Rp.22.000, maka uang tersebut tidak dikembalikan lagi kepada konsumen. Terkadang ada juga sisa kembalian yang langsung dipotong dengan alasan untuk donasi.
Sumber data konsumen untuk mendapatkan informasi mengenai OEP di beberapa perusahaan ritel di Kota Metro didapatkan bahwa konsumen memilih berbelanja di swalayan karena tidak harus pergi ke pasar untuk membeli beberapa kebutuhan sehari-hari.
Harga yang ditawarkan tidak terlalu mahal, tidak perlu melakukan tawar-menawar dengan penjual, lebih bersih, dan efisien. Selisih Rp.100, untuk harga Rp.99.900 menjadi daya tarik bagi konsumen, salah satu konsumen menyatakan tidak tertarik karena konsumen membeli produk untuk kebutuhan sehari-hari.
Setelah barang atau produk didapatkan, konsumen langsung membayar. Sehingga konsumen tidak pernah mengetahui mengenai penetapan harga ganjil.
Pemikiran konsumen tentang harga ganjil adalah hampir semua konsumen menjawab harga ganjil lebih murah dibandingkan dengan harga genap. Hal tersebut karena apabila konsumen mengetahui harga sesungguhnya Rp.20.000, kemudian konsumen membeli dengan harga Rp.9.900, maka konsumen menilai bahwa produk tersebut lebih murah.
Tentang apakah konsumen merasa dirugikan atau diuntungkan dengan penetapan harga ganjil yang diberikan oleh pelaku usaha, jawaban dari para konsumen adalah tidak ada yang dirugikan maupun diuntungkan dalam membeli produk-produk dengan harga ganjil.
Hal tersebut dikarenakan selisih harga yang diberikan tidak terlalu banyak maka konsumen tidak merasa diuntungkan maupun dirugikan.
Mengenai pertanyaan apabila konsumen membayar secara cash dan kartu, apakah konsumen tidak dirugikan dengan selisih harga tersebut, para pelaku usaha mengatakan konsumen tidak pernah merasa dirugikan karena selisih harga yang didapatkan tidak terlalu besar.
Namun, apabila konsumen membayar dengan menggunakan kartu, justru konsumen akan diuntungkan karena selisih harga tersebut akan bertambah banyak seiring dengan konsumen berbelanja.
Jadi dapat disimpulkan, Odd-Even Pricing (OEP) merupakan strategi yang sangat berbeda. Meski begitu, kita bisa menciptakan kombinasi keduanya, dengan contoh kita ambil dari barang mewah. Mereka tentu pernah menjalankan strategi diskon. Pada saat itu, merek tersebut bisa menggunakan odd pricing untuk barang diskonnya.
Sementara itu, barang non diskonnya memanfaatkan sistem even pricing. Dengan penggunaan dua strategi ini justru akan memperkuat harga yang sudah didiskon. Harga normal terlihat semakin mahal namun harga diskon nya terlihat sangat murah. (*)
Nahda Adila, Salwa Nurmala Sari Siregar,
Nadia Setia, Gantari Firjatullah, dan Elhot Nicolas R. Sianturi adalah Mahasiswa
Program studi Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara.
Comments