Menkes Beber Capaian Vaksinasi Booster Cuma 25 Persen, Banyak yang Kadaluarsa
Suluhsumatera - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan arahan Presiden Jokowi untuk mendorong peningkatan vaksinasi booster. Sampai saat ini dilaporkan bahwa booster di Indonesia baru mencapai 25 persen.
Budi mengatakan, padahal secara klinis terbukti bahwa booster mampu memperkuat antibodi berkali lipat dan melindungi masyarakat dari penularan COVID-19.
“Dari data sero survei ini bulan Maret kita lihat survei kadar antibodi rata-rata sebelum booster itu kadar antibodi ordernya sekitar 400 an liter, tapi begitu di-booster bisa naik menjadi 5.000 sampai 6.000 kadar antibodi,” jelasnya usai rapat terbatas di Istana seperti yang dilansir Kumparan, Selasa (31/5).
Budi menambahkan, mempercepat vaksinasi termasuk booster juga bertujuan agar segera menghabiskan stok vaksin yang masih menumpuk di beberapa daerah-daerah. Dikhawatirkan apabila tidak segera dipakai, maka vaksin yang tersisa dan masih layak dipakai akan segera kedaluwarsa.
“Oleh karena itu, arahan bapak presiden juga sekaligus untuk mempercepat stok vaksin yang banyak di daerah-daerah sekarang itu segera menerapkan booster,” imbuhnya.
Target Vaksinasi Corona Kini Lebih Rendah
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan ada jutaan dosis vaksin yang kedaluwarsa dan akan dimusnahkan. Salah satu alasan jutaan dosis vaksin itu kedaluwarsa karena sebagian besar merupakan vaksin donasi dan umumnya merupakan vaksin stok lama di negara-negara maju.
"Jadi negara-negara maju pada saat vaksin tersedia dia akan belinya duluan, karena mereka memiliki akses dan uang untuk ke sana. Dia simpan, tuh, jadi stoknya banyak. Begitu dia suntikkan, kan, enggak semuanya habis, mereka sadar, waduh ini stok saya masih banyak, sebentar lagi kedaluwarsa. Sehingga inilah yang didonasikan," kata Budi dalam keterangannya usai ratas, Selasa (31/5).
Budi mengatakan, negara-negara maju mendonasikan vaksin tersebut ke Indonesia karena melihat laju vaksinasi yang sangat cepat, bahkan pernah mencapai 2,5 juta suntikan vaksin per hari. Sehingga akhirnya vaksin-vaksin yang tanggal kedaluwarsanya antara 1-3 bulan itu didonasikan ke Indonesia.
"Tapi karena waktu di awal tahun kita merasa butuh dan ini gratis, vaksinnya bagus, kenapa tidak? Nah, itu sekarang disuntikkan. Itu penyebabnya memang kenapa expired karena jangka waktu expired date-nya sudah tinggal 1-3 bulan, terutama vaksin-vaksin donasi," ungkapnya.
Alasan lainnya karena terjadi penurunan laju vaksinasi. Budi menyebut, saat ini target vaksinasi COVID-19 di Indonesia lebih realistis.
"Di awal kita sempat memperkirakan, dilaporkan ke ratas juga, vaksinasi dosis lengkap 90% dari target dan 90% dari populasi dan yang booster-nya 80%. Tapi realitasnya kita lihat juga di negara-negara maju lainnya. Kalau sudah dapat 70% dari populasi itu biasa stagnan dan booster-nya negara maju itu malah 40 persenan," jelasnya.
"Jadi tadi kami juga diskusi dengan Bapak Presiden yang lebih realistis. Target yang awal itu tidak realistis, yang lebih realistis itu adalah 70% dari populasi itu yang dapat dosis lengkap dan booster-nya 50%. Dengan adanya penurunan ini, kan, jadi kebutuhan vaksinnya jadi lebih sedikit," lanjutnya.
Atas dasar itu, Budi kembali mengingatkan masyarakat pentingnya vaksinasi booster. Sebab, vaksin booster dapat meningkatkan kadar antibodi seseorang.
"Jadi teman-teman melihat kenapa Lebaran kemarin datar karena booster dipakai sebagai syarat perjalanan. Sehingga dengan demikian, orang-orang yang pulang itu relatif lebih amanlah untuk bisa beraktivitas normal," jelasnya.
Comments