Sebelum Mundur, Pasukan Ukraina Bakar Berton-ton Gandum di Mariupol
Suluhumatera - Pasukan Ukraina membakar berton-ton gandum di gudang penyimpanan yang terdapat di Pelabuhan Mariupol. Hal itu diungkapkan oleh Penasihat Ketua Republik Rakyat Donetsk (DPR), Yan Gagin, Senin (6/6/2022).
“Ada sejumlah besar biji-bijian di wilayah Pelabuhan Mariupol, berupa jagung dan gandum. Jika dilihat dari bau dan tampilannya, sudah tidak layak untuk digunakan lebih lanjut,” katanya kepada kantor berita Sputnik seperti yang dikutip iNews.
“Musuh (pasukan Ukraina), ketika mundur dari pelabuhan, membakar lumbung agar biji-bijian ini tidak sampai ke rakyat Republik Rakyat Donetsk, sehingga tidak mungkin diolah lagi dengan cara apa pun,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, petugas pemadam kebakaran bekerja keras untuk memadamkan api selama beberapa hari.
Akibat aksi pembakaran oleh tentara Ukraina, biji-bijian tersebut benar-benar rusak dan bahkan tidak dapat digunakan sebagai pakan ternak sekalipun.
Koresponden Sputnik yang mengunjungi tempat penyimpanan biji-bijian di Mariupol mengonfirmasi bahwa sebagian besar gandum dan jagung di sana sekarang memang tidak layak untuk dikonsumsi. Gudang logistik di Mariupol dilaporkan memiliki kapasitas maksimum 57.000 ton.
Menurut otoritas DPR, lumbung tersebut sengaja dirusak oleh pasukan Ukraina.
Ukraina dan Rusia menyumbang hampir sepertiga dari produksi gandum dan jelai dunia. Kedua negara bekas Uni Soviet itu juga mengekspor setengah dari total pasokan minyak bunga matahari secara global.
Barat menuduh Rusia menghentikan ekspor gandum dari Ukraina. Namun, Moskow telah berulang kali menolak klaim tersebut, menekankan bahwa pelabuhan akan dibuka kembali segera setelah ranjau-ranjau laut yang dipasang militer Ukraina dibersihkan.
Pada Jumat lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada lembaga penyiaran Rossiya 24 bahwa tidak ada hambatan untuk ekspor gandum dari Ukraina. Kapal-kapal yang membawa gandum dapat meninggalkan Laut Hitam tanpa masalah, asalkan Kiev membersihkan ranjau dari berbagai pelabuhan Ukraina.
Rusia mulai meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari, setelah Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk (DPR dan LPR) meminta bantuan untuk membela diri dari provokasi pasukan Kiev. DPR dan LPR adalah dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina.
Rusia mengklaim, tujuan dari operasi khusus itu adalah untuk demiliterisasi dan “denazifikasi” Ukraina. Putin mengatakan, operasi itu juga untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran “genosida” oleh rezim Kiev selama delapan tahun terakhir.
Comments