Warga Miskin di Madina Selalu Luput dari Perhatian
PANYABUNGAN
suluhsumatera : Banyak cerita soal warga miskin di Kab. Mandailing Natal (Madina) yang membutuhkan uluran tangan dermawan.
Meski direspon oleh Kementerian Sosial, namun miris kedengarannya, karena persoalan ini selalu luput dari perhatian pemerintah setempat.
Media lokal yang pro sosial selalu mempublish temuannya. Persoalannya selalu saja terkait biaya perobatan dan lewat pemberitaan yang tersajikan itulah publik mengetahuinya hingga hingga ke Kementerian Sosial.
Kali ini ceritanya soal anak yang lumpuh, yatim piatu yang menjadi tanggungan seorang kakek tuna netra.
Namanya Adinda berusia 10 tahun. Anak perempuan ini menderita kelainan dalam pertumbuhannya sejak lahir.
Ia saat ini diasuh oleh kakek dan neneknya pasca kedua orang tuanya meninggal dunia. Mereka tinggal di RT 05, Lubuk Sibegu, Kel. Dalan Lidang, Panyabungan.
Kakeknya Rajab Rangkuti, seorang tuna netra, dan kini menjadi tulang punggung keluarga. Sedangkan neneknya Elvi Lubis, kesehariannya hanya mengurus rumah tangga dan merawat Adinda.
“Untuk menghidupi keluarga, saya hanya mampu mengharap belas kasihan orang lain. Dulu saya selalu mendapatkan bantuan dari bupati yang lama tapi setelah berganti, saya belum pernah mendapatkannya,” sedihnya, Selasa (30/8/2022).
Kembali ke Adinda, diungkapkan belum pernah mendapatkan penanganan yang serius, hanya tambahan asupan makanan yang didapatkan dari seorang bidan dan tidak lagi untuk saat ini.
“Untuk makan saja terkadang kami kurang, darimana lagi biaya berobat, dari mana kami uangnya,” ucap nenek itu. Dan mereka sangat mengharapkan perhatian pemerintah.
Penduduk Miskin
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Madina persentasenya terus bertambah sejak 2019 sampai 2021.
Kemungkinan juga pada 2022 meningkat (belum rilis) jika pemerintah setempat melalui Dinas Sosial acuh.
Dikutip dari websitenya, tahun 2019, angka kemiskinan di Kab. Madina sebesar 40,64 persen. Angka ini meningkat 0,67 persen di Tahun 2020, menjadi 41,31 persen.
Kemudian naik kembali di Tahun 2021 sebesar 1,93 persen, menjadi 43,24 persen.
Penduduk yang dikategorikan miskin oleh BPS ini, karena tidak dapat memenuhi kebutuhan 2200 kalori setiap harinya. Seperti pada kasus tersebut. (ir)
Comments