Membumikan Kembali Pada Na Lima, Tokoh Adat Minta Jon Sujani Pasaribu Jadi Walikota Padangsidimpuan
PADANGSIDIMPUAN
suluhsumatera : Gemuruh suara Jon Sujani Pasaribu walikota menggema saat acara marpokat (musyawarah-red) membahas falsafah poda na lima bersama raja-raja adat di Aula Hotel Sitamiang Padangsidimpuan, Sabtu (21/10/2023).
Suara lantang yang menyarankan agar Drs. Jon Sujani Pasaribu, jadi Walikota Padangsidimpuan ataupun Bumi Salumpat Saindege, salah satunya datang dari Irsan Harahap, SH, dengan gelar Adat Baginda Mangamar, yang turut hadir dalam Marpokat Poda Na Lima itu.
Menurut Irsan, untuk membumikan Poda Na Lima, perlu adanya suatu kekuatan politik, khususnya di pemerintahan, sehingga falsafah hidup di Bumi Salumpat Saindege itu bisa kembali menggaung.
“Tanpa adanya suatu kekuatan di pemerintahan, mustahil menurutnya bisa terjadi,” ujarnya.
“Sebab, dengan menjadi kepala daerah, Jon Sujani Pasaribu akan lebih mudah, membuatkan peraturan terkait poda na lima ini. Entah itu berupa Perda atau Perwal. Sehingga, mau tidak mau, masyarakat harus menerapkannya,” tambah Irsan.
Begitu juga raja adat lainnya, CH H Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam, menyatakan hal yang senada.
Menurutnya, selama ini belum ada aturan tegas yang mengikat dari pemerintah, untuk membumikan poda na lima ini.
Padahal menurutnya, poda na lima ini sangat luar biasa.
“Saya sering baca buku terkait kearifan lokal, menurut saya belum ada mungkin yang menandingi warisan leluhur kita poda na lima ini. Baik itu secara Nasional atau mungkin Internasional. Maka mulai saat ini, melalui Jon Sujani Pasaribu, mari kita dukung gerakan bumikan kembali poda na lima ini,” ajaknya.
Dahulu, kata dia, mulai anak-anak sudah ada pendidikan tentang pemahaman poda na lima.
Ia menegaskan, jika poda na lima ingin kembali membumi, maka harus ada peraturan yang mengikut. Baik itu Perda atau Perwal-nya.
Untuk itu, ia mendorong ke raja-raja, maupun wakil pemerintahan di kelurahan dan desa, agar perintahkan masyarakatnya untuk menjalankan poda na lima.
Maka dari itu, dia menyambut baik, konsep gaungkan poda na lima ini. Harapannya, semua pihak bersama-sama Jon Sujani dapat melestarikan poda na lima ini.
“Bila perlu, poda na lima semua lini, bahkan di kalangan ASN, terapkan poda na lima dalam bertugas. Sehingga, poda na lima tak akan luntur termakan zaman," harapnya.
Kemudian , Sutan Enda Kumala Pijorkoling, yang juga Raja Adat menekankan bahwa falsafah poda na lima itu intinya kembali ke diri sendiri.
Menurutnya, poda na lima ini maknanya sangat luas. Maka, harus ada langkah awal seperti hari ini, mengumpulkan para tokoh adat dan raja luat.
“Kemudian, harapannya poda na lima menjadi konten menarik bagi generasi milenial. Lalu, ada juga maunya lagu berkaitan dengan poda na lima yang kemasannya menarik dan kekinian. Sehingga, anak-anak muda terpanggil untuk mencintai poda na lima,” terangnya.
Selanjutnya, dikesempatan yang sama, Pemerhati Budaya dan Adat Padangsidimpuan, Iswandi Arisandi, menyambut positif inisiasi Jon Sujani Pasaribu, menggaungkan kembali poda na lima.
Ia mengaku, mendukung penuh langkah Jon Sujani Pasaribu, kegiatan marpokat poda na lima di Padangsidimpuan.
“Harapan kami, jangan sampai generasi penerus atau anak-anak kita nanti, melupakan poda na lima,” tutur Iswandi yang juga Anggota DPRD Padangsidimpuan itu.
Sebelumnya, Jon Sujani Pasaribu, selaku putra asli kelahiran Kampung Marancar, Kota Padangsidimpuan, menyatakan maksud dan tujuannya menggaungkan poda na lima.
“Semua saudara saya, pernah berkiprah tanah kelahirannya. Sedang saya sendiri merasa, tidak pernah berbuat apapun bagi Kampung Halaman,” katanya.
Dari hasil perenungannya, adik kandung dari Prof. Dr. Bomer Pasaribu, SH, SE, MS, (Menteri Tenaga Kerja RI Kabinet Presiden KH Abdurrahman Wahid) itu, mengaku mendapat petunjuk bahwa tergerak masuk ke hatinya untuk gaungkan kembali falsafah poda na lima di Tabagsel, khususnya Padangsidimpuan.
Sebab,kata Jon, Poda Na Lima ini bersesuaian dengan ajaran Tuhan dan negara.
Baginya, nasihat poda na lima ini sangat baik.
“Mungkin saat ini masyarakat Padangsidimpuan yang usianya di bawah 45 tahun, sudah lupa akan poda na lima,” katanya.
“Dan mungkin juga, saat ini, generasi milenial sudah tidak tahu, apa itu poda na lima. Seperti halnya 'Aa Gym yang punya manajemen qolbu. Ia yang sering ikut pelatihan ke tempat 'Aa Gym, mengaku konsep dari manajemen qolbu, sangat baik", jelas Jon Sujani.
Apalagi, sebutnya poda na lima. Yang punya 5 poin penting untuk kehidupan sehari-hari. Ia berharap ke para raja-raja luat dan tokoh-tokoh adat yang hadir, dapat mengeluarkan rekomendasi bagi pemerintah, untuk menjadikan poda na lima sebagai jargon.
“Sehingga, poda na lima ini bisa membumi kembali di Tabagsel khususnya di Kota Padangsidimpuan,” terangnya.
Kepada awak media, ia berharap agar kiranya bisa mendorong poda na lima ini untuk membumi di Kota Padangsidimpuan.
Dengan demikian, ada harapan poda na lima ini kembali terasa di setiap sendi kehidupan masyarakat Tabagsel khususnya di Padangsidimpuan.
Terkhusus ke generasi milenial, menurutnya harus ada pengenalan lebih mendalam, tidak bisa sehari dua hari.
Namun ke depan, mungkin ada kegiatan-kegiatan yang kemasannya menarik dan bernuansa muda. Dan ke depan, pihaknya tengah menyusun agenda dengan sasaran generasi milenial.
“Marpokat ini, juga merupakan kelanjutan dari inisiasi kami, menggaungkan poda na lima belakangan. Mudah-mudahan, niat tulus suci ini, mendapat ridho Allah SWT. Sehingga, ada sumbangsih kita selaku generasi penerus untuk, menggaungkan lagi warisan leluhur ke masyarakat Kota Padangsidimpuan,” tandas Jon yang bergelar adat Baginda Muda Padang Bolak itu.
Selanjutnya, dari kalangan akademisi yang juga Penulis Buku Adat Budaya, Dr. Zainal Efendi Hasibuan, menyebut hasil marpokat poda na lima berupa 4 butir rekomendasi ke pemerintah.
Yang pertama, membumikan kembali poda na lima di Bumi Salumpat Saindege Kota Padangsidimpuan.
Kemudian yang kedua, mempercepat pengenalan poda na lima ke generasi muda atau kaum milenial.
Lalu yang ketiga, membuat poda na lima menjadi jargon di Bumi Salumpat Saindege Kota Padangsidimpuan.
“Serta yang keempat, mengusulkan Poda Na Lima menjadi kurikulum pendidikan mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA,” pungkasnya.
Usai marpokat, raja-raja luat dan tokoh adat bersama Jon Sujani Pasaribu, melakukan penandatanganan rekomendasi ke pemerintah terkait falsafah poda na lima. Kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama dan wawancara.
Turut hadir dalam marpokat itu antara lain, Baginda Nauli Pardomuan Luat Panyanggar. Tuongku Namora Raja Luat Batunadua, Baginda Raja Sodogoran Raja Luat Hutaimbaru, Sutan Sakti Alam Raja Luat Pijorkoling, serta Baginda Malioton Harahap Simatoktong. (baginda)
Comments