Pilkada Paluta Bukan Sekadar Perebutan Kekuasaan Semata
Oleh: Ance S
PADANG LAWAS UTARA (Paluta) sebelum pemekaran salah satu daerah penghasil beras. Mata pencaharian masyarakat mayoritas petani dan biaya sekolah anak-anak bersumber dari hasil pertanian, padi, jagung , kacang, serta lainnya.
Walau pada saat itu ketersediaan pupuk yang sangat terbatas dan pengairan sawah dari hasil bendungan swadaya masyarakat, tapi masyarakat Paluta makmur dari ketersediaan pangan. Disisi lain, masyarakat Paluta menjadi daerah pengekspor hewan ternak lembu, kerbau kambing, ayam, dan bebek.
Walau pengelolaan masih sangat tradisional, tapi alhamdulillah, Paluta masih dapat diandalkan soal pemeliharaan ternak dan menjadi sumber pencaharian, bahkan menjadi bisnis yang bagus pada saat itu.
Pada era tahun 80-an virus mematikan ternak ribuan ekor, namun populasi ternak masih tetap stabil hingga normal kembali.
Di berberapa daerah juga dapat penghasil ikan untuk kesediaan kebutuhan masyarakat Palutu. Demikian juga pada tahun 80-an, Paluta juga penghasil cengkeh dan kabarnya banyak petani yang berangkat haji dari hasil cengkehnya.
Sedangkan di daerah pegunungan, seperti Sipiongot, Tambiski, dan sekitarnya merupakan penghasil tembakau kualitas tinggi yang dikelola secara manual, dan juga kulit manis serta getah karet.
Dari segi olahraga, juga banyak putra daerah yang membawa nama harum Paluta, (Padang Bolak) seperti Syamsul Anwar Siregar petinju nasional. Kemudian ada Parluatan, atlet lari nasional dan Asrul Harahap menteri diera Soeharto.
Bahkan di salah satu daerah dapat membuat meriam (pamuras) dan mengelola bahan alam menjadi bahan peledak yang digunakan sebagai alat kebudayaan. Kemudian daerah Sigama Parlimbatan pandai besi yang dapat menjadi sumber pencarian masyarakat. Serta banyak lagi hal yang membanggakan yang dapat diandalkan dari daerah Padang Lawas Utara.
Setelah 15 tahun pemekaran, nampaknya kebanggaan Paluta hilang bagai di telan bumi. Pertanyaan besar kita sekarang masihkah Paluta penghasil Beras? Masihkah Paluta penghasil ternak ? masihkah Paluta penghasil tembakau ? Masihkan putra-putri daerah berprestasi di tingkat nasional, mukin sebahagian masih ada.
Pertanyaan berikut jika petanian dan perkebunan dan peternakan masih produktif ?siapa pengelolanya ? orang asli Palutakah, atau pengusaha dari luar ?
Beberap hal yang dapat kita lihat kasat mata tata kelola perkantoran dan pertokoan yang merambah pada lahan pertanian, seperti wilayah kantor bupati, kantor DPRD di daerah lahan pertanian, hotel di atas lahan pertanian, mungkin inilah salah satu contoh hilangnya hasil pertanian.
Banyak juga kafe yang di bangun diatas lahan persawahan. Tentu penyebab utama adah tata kelola kota yang tidak melindungi petani.
Tapi semua belum terlambat, momentum Pilkada 2024 ini harus benar-benar dijadikan sebuah harapan besar mengangkat pemimpin yang dapat mensejahtrakan masyarakat Padang Lawas Utara kedepan, baik dari segi ekonomi , agama, pendidikan budaya, dan sosial. Paluta harus menjadi daerah memiliki kedaulatan pangan.
Oleh sebab itu, para kandidat bupati agar menanamkan niat untuk membangun Paluta. Bukan hanya sekadar perebutan kekuasan semata. (*)
Penulis adalah Tokoh Politik Sumut /masyarakat Paluta
Comments