Data di Posko Covid-19 dan Pernyataan Bupati Berbeda, PWI Simalungun Minta Disinkronkan Agar Tidak Jadi Polemik di Masyarakat
SIMALUNGUN
suluhsumatera : Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Perwakilan Simalungun minta data terkait pasien positif dan meninggal karena Covid-19 yang disampaikan Tim Gugus Tugas Penanganan Covid- 19 Kab. Simalungun kepada media atau publik akurat dan tidak berubah-ubah, sehingga tidak meresahkan dan menjadi polemik ditengah masyatakat.
Ketua PWI Simalungun, Efendi Damanik kepada suluhsumatera, Kamis (09/04/2020) mengatakan, informasi terkait jumlah pasien positif yang disampaikan di Posko Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Simalungun selama ini dinilai masih belum akurat, sehingga sering berbeda dengan yang disampaikan Bupati Simalungun, selaku Ketua Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
"Setiap hari masyarakat Kab. Simalungun selalu mengikuti informasi perkembangan jumlah pasien baik PDP, positif, OTG atau ODP dengan gejala atau tidak dan yang meninggal dunia, baik melalui media cetak, televisi, radio, dan media online, sehingga data yang disampaikan ke media diharapkan tidak berbeda dengan yang disampaikan oleh Bupati selaku ketua tim gugus maupun Humas Posko Covid 19 Simalungun," tegas Efendi.
Efendi mengatakan, pada 7 April 2020 di salah satu Stasiun Televisi Swasta Daerah, Bupati Simalungun, J. R. Saragih menyampaikan adanya 10 pasien positif Covid-19 hasil rapid tes dan satu dalam pengawasan serta tiga pasien yang meninggal dunia.
Namun kata dia, pada data di Posko Covid-19 Kab. Simalungun pertanggal 9 April 2020, jumlah pasien positif dan yang meninggal menjadi nol (nihil).
"Jika memang positif Covid-19 hasil rapid tes dimasukanlah dalam data positif, namun pemeriksaannya belum Swab dan jika meninggal dengan gejala Covid-19 disebutkan meninggal dengan gejala, atau memang positif meninggal karena Covid-19 sesuai hasil rapid tes, sehingga informasi yang disampaikan media ke publik akurat dan tidak media yang disalahkan publik, karena informasinya berbeda-beda," tambah Efendi.
Perbedaan data yang diterima masyarakat melalui media menimbulkan kecemasan dan polemik, karena informasi yang diterima tidak akurat. (syahru)
Comments