Pagelaran di Bulan Muharam, Cara Desa Sidorukun Mencintai Seni dan Budaya
LABUHANBATU
suluhsumatera : Indonesia sangat kental dengan keragaman seni dan budaya dan itu merupakan salah satu aset kekayaan yang tidak ternilai harganya.
Sangat disayangkan jika kekayaan itu hilang dengan sendirinya tertelan oleh zaman.
Tidak jarang sekarang tampak kekayaan yang dimiliki Ibu Pertiwi mulai dikesampingkan.
Banyak generasi muda mulai terkuras waktunya, disibukan dengan kemajuan tekhnologi yang tidak ada habisnya, bahkan terus berkembang.
Perlunya perhatian khusus sebagai upaya penyelamatan salah satu kekayaan Indonesia itu dinilai adalah langkah tepat mengatasi kekhawatiran akan hilangnya peran seni dan budaya dalam wajah dan karakter Indonesia di mata dunia.
Dilandaskan kegelisahan dan kekhawatiran tersebut, salah seorang tokoh di salah satu sudut Labuhanbatu, tepatnya di Desa Sidorukun, Kec. Pangkatan mengambil langkah penyelamatan, mempertahankan dan merangsang generasi muda mencintai budayanya dalam suatu pagelaran.
Melalui pagelaran seni dan budaya yang sudah berlangsung puluhan tahun lamanya dan berawal dari swadaya masyarakat hingga di sokong dana melalui pemerintahan desa, kini Wayang Kulit, Kuda Kepang, dan Reog Ponorogo terlestarikan di Desa Sidorukun.
Antusias masyarakat yang cukup tinggi seperti diakui Pelaksana Jabatan (Pj) Kepala Desa Sidorukun, Suwardi, SAg, salah satu sebab terus berlangsungnya pagelaran seni dan budaya Jawa itu dan tetap eksis di tengah jaman moderen seperti saat ini.
"Pagelaran seni dan budaya yang berlangsung saat ini adalah kegiatan rutin kita setiap menyambut Muharam, selain untuk melestarikan budaya, juga menghibur masyarakat di Sidorukun," sebut Suwardi saat ditemui wartawan disela waktunya menikmati pertunjukan Kuda Kepang, Kamis (20/08/2020) di Sidorukun.
Dikatkan, hal tersebut juga guna menumbuh-kembangkan bakat warga setempat, khususnya kaula muda. Selain itu, saat masyarakat berperan di dalamnya akan menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya yang digelutinya.
"Saat pagelaran ini berlangsung, tidak hanya pelaku budayanya saja, masyarakat pun secara otomatis akan mencintainya, mengapa, karena mereka telah mengenalnya dengan baik, dan masyarakat juga terlihat menikmatinya," ujar Suwardi.
Sekilas, saat melintasi wilayah Desa Sidorukun saat ini kental terasa kebudayaannya.
Perlahan saat kita menuju Balai Desa Sidorukun tempat Pagelaran berlangsung terdengar sayup-sayup suara gamelan, seakan menghipnotis untuk ikut menikmati pertunjukan budaya di daerah mayoritas suku Jawa itu.
Terlihat lekukan tarian Reog, Kuda Kepang, bahkan penampilan wayang kulit mengajak ikut kedalam cerita yang terkandung di dalamnya, seakan membawa ke dalam kisah-kisah terdahulu dan meyakinkan betapa pentingnya menghargai sejarah dalam hidup dan masa depan bangsa ini.
Dalam kesempatannya, Suwardi mengharapkan peran pemerintah, tekhusus Pemkab Labuhanbatu agar lebih memberikan perhatian khusus, bersama pemerintah desa ikut serta menjaga kebudayaan yang ada di Labuhanbatu.
"Saya berharap, tidak hanya pemerintah desa saja akan tetapi Pemkab ikut berperan melestarikan budaya Indonesia, tidak hanya itu, juga bersama seluruh stake holder, ayo, bersama kita jaga kekayaan Indonesia," pungkasnya. (Zainul Siregar)
Comments