Pasien Rujukan di RSUD Kotapinang Disuruh Pulang, Keluarganya Kesal
Ilustrasi |
KOTAPINANG
suluhsumatera : Horas Nainggolan, 40 seorang pasien yang mengalami penyakit usus buntu dari PT. BAS di Kab. Paluta, yang dirujuk ke RSUD Kotapinang untuk mendapatkan penanganan malah disuruh pulang.
Keluarga pasien mengaku sangat kesal dengan sikap dan pelayanan petugas kesehatan UGD di rumah sakit milik Pemkab Labusel itu.
Kekesalan itu diungkapkan Idam Huri Lubis salah seorang kerabat pasien kepada wartawan, Selasa (29/08/2020) malam, yang sempat terlibat cekcok mulut dengan sejumlah tenaga kesehatan di ruang UGD RSUD Kotapinang.
Pasien yang dibawa dengan mobil ambulan dan dikawal seorang tenaga perawat dari Kab. Paluta itu sesampainya di RSUD malah ditelantarkan hingga dua setengah jam.
Pasien yang tiba di RSUD sejak pukul 04.30 WIB dan baru ditangani pihak RSUD, pada pukul 16.45 WIB, setelah terjadi cekcok mulut antara keluarga pasien dengan petugas medis.
"Bayangkan saja pasien mereka telantarkan selama kurang lebih 2,5 jam. Pasien yang dihantarkan dengan mobil ambulan terpaksa ditidurkan di tempat duduk depan kasir UGD itu. Parahnya mereka berpura-pura tidak tahu dengan kondisi pasien yang sudah tidak berdaya menahan rasa sakit karena usus buntu itu," katanya.
Anehnya lagi kata dia, setelah perawat yang mendampingi pasien menyampaikan kepada petugas UGD yang berjaga agar segera mendapatkan penanganan malah menyuruh membawa pulang dan kemabali esok harinya dengan alasan tidak ada kamar yang tersedia.
"Besok saja datang lagi. Hari ini enggak ada kamar," ungkap salah seorang tenaga kesehatan yang ditirukan kerabat pasien.
Kabid Pelayanan Medis RSUD Kotapinang, dr. Ridwan yang dikonfirmasi, Rabu (30/09/2020) mengatakan, permasalahan yang terjadi itu hanya kesalahpahaman antara pasien dengan petugas UGD yang bertugas.
Dimasa pandemi seperti ini kata dia, pasien yang masuk wajib dilakukan tracing terlebih dahulu sebelum dilakukan penanganan.
Namun, pasien maupun pihak keluarga yang dirujuk tersebut tidak mau memberikan keterangan ke dalam ruangan kepada petugas, sehingga terkesan seperti ditelantarkan.
"Dimasa pandemi ini, pasien masuk wajib di tracing sebelum dilakukan penanganan. Itu SOP nya. Namun, keluarga ataupun pasien tidak mau masuk kedalam ruangan untuk dilakukan tracing, mungkin alasan takut atau apalah. Sehingga terjadi kesalah pahaman dan kesannya ditelantarkan. Padahal sudah kita ingatkan agar masuk kedalam ruangan untuk tracing," katanya. (afa)
Comments