Peringati Harlah, Alumni Kelompok Cipayung di Labusel Gelar Dialog Kebangsaan
KOTAPINANG
suluhsumatera : Alumni Kelompok Cipayung (HMI, GMKI, PMII, GMNI, PMKRI) menggelar Dialog Kebangsaan dengan tema "Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang Dicita-citakan Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2008" dengan sub tema "Mewujudkan Iklim Politik yang Kondusif Pasca Pilkada Serentak Tahun 2020, Mendukung Akselerasi Pemulihan Ekonomi Kab. Labuhanbatu Selatan di Era New Normal".
Aacara dilaksanakan di Warkop Istana, Jl. Istana, Kotapinang, Rabu (27/01/21).
Dialog Kebangsaan dihadiri kader dan alumni Kelompok Cipayung antara lain, HMI Labuhanbatu Raya, GMKI Labuhanbatu Raya, PMII Labuhanbatu Raya, GMNI Labuhanbatu dan GMNI Labusel.
Acara itu juga dihadiri oleh Kapolsekta Kotapinang, Wadanramil Kotapinang, dan utusan dari Dinas Pora Labusel.
Pemateri dalam Dialog Kebangsaan itu diisi oleh para alumni Kelompok Cipayung antara lain, Irwansyah (HMI Fisip USU 1995-1996), Anry Nababan, (PP GMKI 2014-2016), Nanang Azhari (GMNI Sumut 1995-1996), dan Syamsuk Rizal Pulungan (PMII Medan 1993-1994).
Ketua panitia Syarif Hidayat, (PMII Deli Serdang 2013-2014) dalam sambutan mengatakan, dialog kebangsaan yang digelar bertujuan untuk menjaga silaturahmi sesama kader dan alumni Cipayung di Kab. Labusel.
"Kita sesama alumni saling bersilaturahmi, selain itu digelar diskusi awal tahun 2021 tentang cita-cita Kab. Labusel pasca Pilkada serentak tahun 2020 serta merefleksi pemikiran ide dan gagasan untuk Kab. Labusel yang dicita-citakan melalui forum diskusi ini," ujar Syarif.
Ia menyampaikan, kegiatan dilaksanakan tanpa ada unsur politik, meski sebagian alumni berada dalam partai politik.
"Kegiatan ini tidak ada ditunggangi oleh siapapun ataupun kepentingan politik apapun, walaupun para alumni ada keterikatan dengan partai politik tertentu. Kegiatan ini diselenggarakan dari para alumni Cipayung dan untuk kader maupun alumni Cipayung. Jika ada asumsi dari para alumni atau kader Cipayung yang menilai bahwa acara ini untuk kepentingan politik tertentu, itu adalah keliru. Sebagai alumni aktivis bagian dari Cipayung, ciri khas aktivis itu adalah pemikir dan kritis," tambahnya.
Sementara Irwansyah, pemateri dari HMI menyampaikan, Dialog Kebangsaan ini sangat tepat pada kegiatan Harlah Kelompok Cipayung, dikarenakan diikat oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari suku, agama, ras, dan golongan.
"Dalam Konteks pertemuan ini mari kita bangun penguatan di internal masing-masing, membangun kerangka berpikir kritis yang tepat, salah satu caranya yaitu dengan membentuk limited grup untuk menganalisis kebijakan pemerintah. Artinya pertemuan ini tidak hanya menjadi yang pertama dan terakhir, harus ada aksi yang konkret untuk membedah visi-misi kepala daerah secara ilmiah dan ini serius tidak hanya main-main dan saya sepakat untuk itu," ucapnya.
Anry Nababan, pemateri dari GMKI, mengatakan, Politik Kebangsaan khususnya di Kab. Labusel, tidak terlepas dari ketokohan yang ada di Kab. Labusel itu sendiri.
"Kita dari kelompok Cipayung adalah akar rumput dari gerakan politik untuk mewujudkan Kab. Labusel yang di cita-citakan. Kab. Labusel sendiri adalah daerah yang plurarisme yang mana terdiri dari berbagai suku, agama, ras yang datang dari daerah berbatasan seperti riau. Ciri-ciri politik yang kondusif itu ada 4 faktor yaitu, ekonomi di Labusel tidak goyang. Kita lihat Labusel sumber perekonomian adalah kebun sawit. Harga sawit sampai hari ini masih taraf stabil. Kedua, Investor masih tetap percaya kepada Kab. Labusel walaupun saat ini dunia dilanda pandemi Covid-19. Ketiga, kita perlu membangun sumber dan manusia seperti yang disampaikan Prsiden Jokowi melalui revolusi menyal. Jangan hanya kita jadikan sebagai slogan, namun harus kita giatkan melalui forum diskusi seperti ini agar timbul cara berpikir kritis khususnya kepada mahasiswa, khususnya kader Cipayung agar tidak tersuap dengan kepentingan tertentu. Jika mahasiswa ataupun kader sudah tersuap dalam politik transaksional, maka harapan kedepannya akan runtuh. Keempat, menciptakan Iklim yang kondusif. Maksudnya adalah bagaimana kita bisa bergabung dalam membantu pemerintah dalam memberikan solusi-solusi terhadap masalah yang terjadi ditengah masyarakat. Kita juga sebagai alumni bisa memberikan konsep kerangka berpikir kritis kepada mahasiswa/kader cipayung, agar terhindar dari politik transaksional," paparnya.
Nanang Azhari, pemateri GMNI menyampaikan, menelaah UU No. 22 tahun 2008, bahwa ada urusan wajib seperti pendidikan.
"Dalam diskusi ini, perlu kita bedah sudah sejauh mana pendidikan kita di Labusel ini. Kemudian masalah kesehatan, sudah sejauh mana pelayanan kesehatan kita. Seperti Puskesmas yang ada di desa, apakah bisa menampung masyarakat yang berobat di Puskesmas di desa. Melalui forum ini, harus ada kelanjutan aksi nyata dari forum ini, tidak hanya sampai di sini saja. Bagaimana para alumni dan kader Cipayung untuk membedah dengan membentuk grup, agar kerangka dalam mengalisis kebijakan pemerintah benar-benar bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Tidak seperti sebelumnya, hampir tidak ada yang mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah secara tuntas dan lugas demi terwujudnya Labusel yang dicita-citakan terutama sector pertanian," ungkapnya.
Syamsul Rizal Pulungan, pemateri PMII, tema dalam pertemuan tersebut adalah Kab. Labusel yang dicita-citakan harus utuh dibedah. Melalui aspek politik, budaya dan sosial untuk kesejahteraan masyarakat.
"Kita tidak boleh menghindar dari konflik, karena dari konflik itu melahirkan gagasan-gasan yang lebih baik. Kab. Labusel sudah 13 tahun ini, apakah sudah sesuai dengan yang kita cita-citakan sesuai dengan UU Nomor 22 tahun 2008? Kita harus merancang kerangka aksi yang konkret agar tujuan Kab. Labusel yang dicita-citakan. Agar lahirnya kebijakan-kebijakan baru yang jauh lebih baik," paparnya.
Kesimpulan dalam Acara Harlah Kelompok Cipayung ke 49 itu, perlu diagendakan aksi nyata dengan membuat forum alumni Cipayung Kab. Labusel, agar dapat menganalisis kebijakan-kebijakan pemerintah untuk cita-cita Kab. Labusel, yang dicita-citakan.
Ide dan gagasan kritis dari kelompok Cipayung sebagai kaum intelektual, tidak hanya sekedar isapan jempol semata.
Harus mampu memberikan pengaruh kepada pemerintah, untuk mendukung kesejahteraan masyarakat Kab. Labusel. (*/vinsa/ril)
Comments