Ditengah Pandemi Covid-19, Imlek di Lampung Tetap Khidmat
BANDAR LAMPUNG
suluhsumatera : Hingga kini kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Provinsi Lampung masih cukup tinggi, yakni mencapai 11.293 kasus selama setahun terakhir.
Belum redanya wabah ini mengakibatkan pemerintah mengambil beragam upaya untuk menekan kasus Covid-19 yang mengakibatkan sejumlah gaya hidup masyarakat berubah, salah satunya dalam aktivitas keagamaan bagi masyarakat.
Dilansir dari laman Antara, Minggu (14/2/2021), setelah sebelumnya Hari Raya Idul Fitri, Nyepi, dan Natal, dilakukan secara sederhana dengan penerapan protokol kesehatan ketat, kini giliran perayaan tahun baru Imlek 2572 Kongzili yang harus melaksanakan hal serupa, guna mencegah penyebaran kasus Covid-19 di Sai Bumi Ruwa Jurai.
Komitmen untuk menjaga kesehatan umat beragama dalam menjalankan ibadah terlihat di sejumlah wihara yang dengan sukarela mengimbau umatnya untuk melaksanakan ibadah secara bergantian dan mengurangi kapasitas jemaat dalam melaksanakan ibadah Imlek.
Bahkan hingga membatasi jam operasional tempat ibadah dari sebelumnya ibadah dapat dilakukan semalam suntuk, dan dilanjutkan di pagi hari, kini dibatasi hanya sampai pukul 21.30 WIB mengikuti anjuran pemberlakuan jam malam yang telah tertuang dalam surat edaran Wali Kota Bandar Lampung nomor 440/133/IV.06/2021.
Namun adanya pandemi Covid-19 mengharuskan terjadinya perubahan perilaku dan gaya hidup tidak membuat terangnya ratusan lilin Imlek padam seketika.
Cahaya lilin Imlek tetap menerangi ruangan baktisala Thay Hin Bio, wihara tertua di Lampung, dan menjadi salah satu bukti bahwa pandemi Covid-19 tidak dapat memadamkan harapan warga Tionghoa Lampung dalam menghadapi wabah.
Viria, salah seorang pengurus di Wihara tua yang berusia ratusan tahun ini menuturkan bahwa perayaan dan ibadah Imlek di tahun kerbau logam ini tetap dipersiapkan dengan baik, seperti dengan menyiapkan ratusan lilin berbagai ukuran, menata altar dengan beragam sajian, bunga, serta menggantung lampion hingga memandikan "rupang".
Meski di sisi lainnya Wihara Thay Hin Bio harus menunda beragam perayaan khas seperti atraksi Barongsai, pasar malam dan pelaksanaan ibadah malam Imlek secara bersama-sama.
Menurut pria keturunan Tionghoa yang telah lama mengabdi di wihara yang terletak di Kampung Pecinan, Kota Bandar Lampung itu, pelaksanaan ibadah Imlek mengalami penurunan jumlah umat yang beribadah secara tatap muka sebanyak 60 persen dibandingkan perayaan Imlek tahun lalu yang mampu mendatangkan umat sebanyak 800 hingga 1.000 orang selama puncak perayaan.
Malam puncak Imlek yang biasanya disambut riuh gembira warga sekitar serta jemaat dengan diselingi dentuman petasan dan alunan alat musik tradisional Tiongkok yang terdiri dari Tambur, Lhin dan Jik yang mengiringi lincahnya Barongsai melompati halang rintang, untuk sementara waktu ditiadakan.
Bahkan dalam ibadah puncak malam Imlek hanya di hadiri oleh Romo Pandita dan Upacarita yang berjumlah sekitar 5 orang, serta bagi perwakilan jemaat sebanyak 70 orang, umat Buddha lainnya ibadah dilakukan secara daring di rumah masing- masing.
Perayaan Imlek kali ini bukan tidak meriah namun lebih sederhana dibanding tahun lalu, sebab warga Tionghoa juga mencoba menjaga komitmen kepada pemerintah serta masyarakat untuk tidak menimbulkan kerumunan.
Menurut Viria, ini menjadi bentuk rasa kasih warga Tionghoa kepada Negara dan masyarakat.
Pengurus wihara juga telah membuat imbauan bagi jemaat untuk dapat melaksanakan ibadah secara bergantian dan dapat pula melaksanakan ibadah serta mengucapkan selamat Imlek secara daring untuk menghindari adanya penumpukan di lingkungan tempat ibadah. (*)
Comments