Candi Sipamutung di Padang Lawas, Bukti Sejarah Peradaban Abad XI
PADANG LAWAS
suluhsumatera : Selain di Kab. Padang Lawas Utara (Paluta), Kab. Padang Lawas (Palas) pun ternyata memiliki situs sejarah berupa candi, yakni Candi Sipamutung.
Candi Sipamutung yang terletak di Desa Siparau, Kec. Barumun Tengah, Kab. Padang Lawas (Palas), diyakini sebagai bukti sejarah peradaban yang diperkirakan berdiri pada abad XI.
Candi Sipamutung dikenal masyarakat setempat dengan sebutan Biaro Sipamutung. Bangunan bersejarah ini merupakan peninggalan Kerajaan Pannai, kerajaan Buddhis yang berdiri sekira abad XI sampai dengan XIV di pesisir Timur Prov. Sumatera Utara (Sumut).
Komplek candi yang dikelilingi perbukitan rendah tersebut terletak di pinggir Sungai Barumun yang membelah daratan Kab. Palas, berjarak lebih kurang 40 Km dari pusat ibukota Sibuhuan dan dari Kota Padangsidimpuan berjarak sekira 70 Km.
Untuk mencapai lokasi candi melintasi jalan aspal yang hanya sampai di Desa Binanga. Selanjutnya melewati jalan desa sepanjang 3 Km.
Kemudian harus meniti jembatan gantung (rambin) yang berada di atas Sungai Barumun, barulah menemukan komplek candi berjarak lebih kurang 250 meter dari pinggir aliran Sungai Barumun tersebut.
Candi Buddhis ini diperkirakan sebagai titik awal masuknya manusia zaman dahulu ke wilayah Palas dengan menempuh perjalanan melalui jalur laut dan sungai.
Kompleks Candi Sipamutung terdiri atas biaro (biara) induk yang menghadap ke Timur dengan denah bujur sangkar berukuran 11 meter x 11 meter dan tinggi 13 meter. Bangunan tersebut terdiri atas bagian kaki, tubuh, dan atap.
Pada kedua sisi biara induk terdapat 6 biaro pewara yang berukuran lebih kecil. Candi-candi perwara di sekitar candi induk berbentuk mandapa berdenah segi empat berukuran 10,25 meter x 9,9 meter dan tinggi 1,15 meter.
Pada bagian bawahnya tersusun 16 stupa yang lebih kecil. Lima biaro terbuat dari batu bata, sedangkan biara lainnya terbuat dari batu andesit.
Kompleks candi yang berada di lahan seluas 6000 meter persegi itu dikelilingi tembok berukuran 74 meter x 74 meter dengan pintu masuk sejenis gapura.
Karena bentuk dan ukurannya, beberapa kalangan menyebut Candi Sipamutung ini sebagai candi termegah diantara candi lain yang terdapat di Kab. Palas dan Kab. Padang Lawas Utara (Paluta).
Di Kab. Palas dan Kab. Paluta, sedikitnya terdapat 11 candi yang sebagian sudah dipugar, yaitu Candi Bahal I, Bahal II dan Bahal III di Desa Portibi, Candi Tandihat I dan Tandihat II, Candi Manggis di Kab. Paluta. Kemudian, ada Candi Stopayan, Candi Paya, Candi Pulo, dan Candi Sangkilon di Kab. Palas.
Ketua Badan Pemangku Adat Kab. Palas, Sutan Parlindungan Hasibuan didampingi Darwin Hasibuan ditemui di Sibuhuan, Rabu (22/09/2021) berpendapat, lokasi tersebut merupakan titik awal dari asal-usul manusia zaman dahulu memasuki wilayah Palas dan sekitarnya.
Mereka berpendapat, karena pada saat itu perjalanan hanya dapat dilalui melalui jalur laut dan sungai, sehingga di titik komplek biaro ini awal tempat orang zaman dulu menetap.
Pendapat lain, Sutan Banggor Harahap selaku pengamat kebudayaan dan seniman daerah menuturkan, para leluhur memasuki Palas melalui laut Labuhan Bilik (Labuhanbatu), kemudian berangsur menuju Sungai Barumun dan menemukan Palas sebagai tanah harapan.
Menurutnya, melihat keadaan lokasi dari luar komplek candi, kemungkinan kawasan yang menjadi perkampungan Desa Siparau didiami sebanyak 160 KK itu adalah bekas benteng yang juga tempat pemujaan, karena masih terdapat sisa dinding dari bahan tanah dan parit pembatas mengelilingi komplek candi yang diperkirakan seluas 100 hektare.
"Hal ini sesuai dengan pendapat warga asli yang telah bertempat tinggal di daerah itu sejak dari moyang mereka yang umumnya bermarga Harahap, Siregar, Hasibuan, dan Daulay," imbuhnya.
"Popularitas Candi Sipamutung menjadi pelengkap cagar budaya dan situs budaya keindahan alam bumi Palas," jelas Sutan Banggor Harahap. (sutan)
Candi Sipamutung, salah satu cagar budaya dan situs bersejarah yang cukup populer di Kab. Palas. Foto: suluhsumatera/sutan.
Comments