Air Jadi Bau Busuk, Diduga Efek Replanting Sawit Oleh PT. Bilah Platindo
LABUBANBATU
suluhsumatera : Puluhan Kepala Keluarga (KK) warga Dusun Sidomulyo Blok 5, Desa Kampung Bilah, Kecamatan Bilah Hilir, Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumut, mengeluh.
Pasalnya air parit bekoan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Bilah Platindo (PT. BP) yang bertetangga dengan perumahan warga, sejak perusahaan itu melakukan replanting (peremajaan) tanaman, tidak dapat digunakan lagi untuk kebutuhan sehari-hari.
Sebab, ribuan pohon kelapa sawit yang direplanting itu ditanam di dalam parit bekoan, yang mengakibatkan air di seputarnya menjadi bau busuk, kelat, hitam, lengket, berlendir, dan tidak dapat dikonsumsi.
Akibatnya, warga terpaksa membeli air galon isi ulang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari warung terdekat atau dari depot penjual air, dengan kisaran harga Rp3 ribu hingga Rp5 ribu per galon.
Hal itu diungkapkan Sugiat, 59, Mandariati, 31, dan Kepala Dusun Blok 5, Hendra, Senin (6/11/2023) kepada wartawan, ketika ditemui di seputaran parit bekoan anak perusahaan EG itu.
Diterangkan Sugiat, Sejak PT. BP melakukan replanting ribuan batang pohon kelapa sawit Januari lalu, air dari parit bekoan yang masih dapat digunakan untuk mandi, mencuci hingga memasak, tetapi kini air itu sudah tercemar.
“Parit ini sudah tercemar, kami tak bisa gunakan lagi,” ungkap Sugiat diamini Hendra.
Kondisi ini terang Sugiat, warga semakin terjepit akibat setiap hari membeli air galon.
“Enam galon setiap hari, harganya Rp3 ribu per galon, berapa duit itu pak,” ungkapnya.
Lebih jauh diungkapkan Sugiat, hal ini juga menjadi salah satu dari lima tuntutan warga Desa Kampung Bilah, ketika menggelar demo, Selasa (31/11/2023) lalu.
Anehnya lagi kata Sugiat, parit bekoan yang tidak ada warganya dibersihkan/dicuci oleh perusahaan, tetapi parit bekoan yang bertetangga dengan warga justru dibiarkan begitu saja.
“Sana dicuci, ini dibiarkan kotor,” tuturnya.
Beberapa hari lalu, lanjut Sugiat, persoalan ini sudah disampaikan ketika digelar mediasi di kantor perusahaan itu, antara warga dengan perusahaan oleh kepala desa dan aparat, namun hingga kini tidak ada tanggapan.
Kepala Dusun Blok 5, Hendra menerangkan, warganya sudah beberapa kali membuat sumur bor di wilayah ini, tetapi hasilnya air yang didapat berlendir, dan payau.
Kata Hendra, warga yang mengandalkan air parit bekoan untuk kebutuhan setiap hari antara 20 KK hingga 25 KK.
Kepala Desa Kampung Bilah, Beni Ismail ketika disambangi wartawan di ruang kerjanya, Senin (6/11/2023) terkait hal tersebut diatas, kepada wartawan mengatakan, pihaknya akan menunggu realisasi isi dari kesepakatan yang telah dilakukan.
“Kita tunggu saja janji perusahaan, kalau tidak ada, sikap warga bagaimana? Apa mau didemo lagi atau bukan,” pungkasnya.
Mewakili perusahaan mengaku Yudhi, didampingi Rinto Sidabutar dan Irsan Hasibuan, ketika digelar mediasi terkait demo lima tuntutan warga, mengatakan terkait pencemaran, agar diserahkan kepada pihak berkompeten.
“Karena lembaga itu yang lebih berhak, kalau di sini dibahas dan berdebat tak akan ada habisnya. Kita serahkan aja kepada pihak yang berkompeten,” pungkas Yudhi. (fikri)
Comments