Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I Sumut Tidak Bertanggung Jawab, Material Pengerukan Parit Menumpuk di Tepi Jalinsum Labusel
KOTAPINANG
suluhsumatera : Proyek pembangunan dan normalisasi drainase padat karya yang dilakukan Kementerian PUPR melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I Sumut di sejumlah lokasi di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) di Kab. Labusel, dikeluhkan warga.
Pasalnya, limbah sisa pengerukan drainase hanya dibiarkan menumpuk di pinggir jalan, bahkan meluber ke badan jalan, sehingga dirasakan mengganggu aktifitas masyarakat.
Kondisi itu seperti yang terjadi di Jalinsum-Basilam Baru, Desa Sosopan, Kec. Kotapinang.
Pengamatan wartawan, Sabtu (19/09/2020), material sisa pengerukan parit berupa tanah dan bebatuan menumpuk di sepanjang lebih kurang 1 Km trotoar jalan tersebut.
Menurut warga sekitar, sudah sebulan lebih kondisi itu dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya untuk mengangkut limbah sisa pengerukan.
Akibat tumpukan material tersebut, kini pengguna jalan, khususnya pejalan kaki tidak dapat lagi berjalan di trotoar.
Pejalan kaki, terlebih anak-anak terpaksa berjalan di badan jalan, sehingga sangat membahayakan.
"Sudah sebulan lebih materialnya dibiarkan begitu saja di pinggir jalan. Selain mengganggu kenyamanan lalu lintas, proyek tersebut terkesan sia-sia, karena limbah material pengerukan masuk lagi ke dalam parit dan akan tersumbat lagi," kata Andi, 31 warga setempat.
Sementara itu, Anggota DPRD Labusel, Bayanuddin Dalimunthe mendesak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I Sumut segera membersihkan limbah pengerukan drainase yang kini menumpuk di sejumlah titik Jalinsum di Kab. Labusel tersebut.
Dia mengatakan, material sisa proyek pembangunan dan normalisasi drainase yang dilaksanakan BBPJN-I Sumut dengan sistem padat karya tersebut telah mengganggu kenyamanan pengendara.
Selain itu kata dia, warga pejalan kaki tidak dapat melintas, karena seluruh trotoar jalan tertimbun material berupa tanah tersebut.
"Sementara pekerja sudah tidak ada lagi di lapangan. Siapa yang akan mengangkut limbah tersebut. Warga, khususnya anak-anak tidak dapat lagi berjalan di trotoar, karena seluruhnya tertutup timbunan tanah. Mereka terpaksa berjalan kaki di badan jalan, inikan sangat membahayakan," imbuhnya. (*/sya)
Comments