Kemaksiatan, Pakter Tuak, dan Narkoba Merajalela di Bumi Serambi Mekkah, Dimana Pemda Madina?
MANDAILING NATAL
suluhsumatera : Kekhawatiran akan pudarnya identitas religius di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), semakin menyeruak.
Daerah yang selama ini dijuluki “Bumi Serambi Mekkah” kini dinilai tengah menghadapi kemerosotan moral akibat maraknya praktik kemaksiatan, peredaran narkoba, serta menjamurnya tempat hiburan malam yang beroperasi tanpa pengawasan ketat.
Tokoh muda Mandailing Natal, Zulhamdi Batubara, alumni Pondok Pesantren Abinnur Al Islami Mompang Jae, sekaligus mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Graha Nusantara (UGN) Padangsidimpuan, dengan tegas menyuarakan keprihatinannya terhadap situasi ini.
“Sungguh miris melihat pemerintah seolah membiarkan malam gelap menyelimuti Mandailing Natal. Di tengah lantunan azan dan ayat suci, kini justru terdengar dentuman musik disko dan lampu remang-remang yang seakan menantang nilai-nilai Islam yang kita junjung tinggi,” ujar Zulhamdi, Jumat (17/10/2025).
Menurutnya, maraknya tempat hiburan malam, warung (pakter) tuak, praktek prostitusi terselubung, serta peredaran narkoba merupakan bukti nyata lemahnya pengawasan dan penegakan hukum oleh pemerintah daerah.
Ironisnya, lanjut Zulhamdi, aktivitas yang jelas-jelas bertentangan dengan norma agama dan budaya itu seringkali dibungkus dengan dalih “pariwisata” atau “penggerak ekonomi malam”.
“Dalih ekonomi tidak bisa dijadikan pembenaran atas rusaknya moral masyarakat. Apakah keuntungan sesaat dari bisnis hiburan malam sebanding dengan hancurnya generasi muda, meningkatnya kriminalitas, dan pudarnya akhlak umat?,” tegasnya.
Zulhamdi menilai, pembiaran ini merupakan pengkhianatan terhadap amanah rakyat dan nilai-nilai adat serta agama yang telah diwariskan oleh para leluhur.
“Pemimpin daerah harus sadar, Mandailing Natal bukan sekadar wilayah administratif, tetapi tanah yang berdiri di atas pondasi Islam dan budaya luhur. Membiarkan kemaksiatan berkembang berarti menghancurkan jati diri Madina,” katanya, dengan nada kecewa.
Lebih jauh, ia menegaskan, masyarakat tidak akan tinggal diam menyaksikan kemerosotan moral ini. Suara protes, katanya, telah banyak muncul dari berbagai kalangan, mulai dari tokoh agama, pemuda, hingga masyarakat umum. Namun, hingga kini, langkah konkret dari pemerintah belum terlihat jelas.
“Apakah pemerintah menunggu sampai ‘Bumi Serambi Mekkah’ hanya tinggal nama, tanpa ruh dan martabatnya? Jika tidak segera bertindak, sejarah akan mencatat bahwa di masa inilah cahaya iman di Madina mulai padam,” ujarnya lantang.
Sebagai pengurus Ikatan Pemuda Mandailing, Zulhamdi mendesak Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal untuk segera menutup seluruh tempat hiburan malam, pakter tuak, dan lokasi yang disinyalir menjadi sarang kemaksiatan serta penyalahgunaan Narkoba.
“Sudah saatnya pemerintah membuka mata dan mendengar jeritan hati rakyat. Kalau memang tidak mampu menegakkan aturan dan menjaga moral masyarakat, lebih baik mundur saja dari jabatan daripada menjadi saksi rusaknya generasi penerus Madina,” tegasnya.
Zulhamdi menegaskan, langkah tegas dan berani dari pemerintah adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan marwah Mandailing Natal sebagai negeri yang madani, religius, dan bermartabat, sesuai dengan semboyan luhur “Negeri Madina yang Madani".
(baginda)
Comments