Hindari Kekeliruan Informasi, Kades Anggoli Ajak Warga Terdampak Banjir di Batang Toru Telusuri Lahan PT. TBS
TAPANULI TENGAH
suluhsumatera : Guna meluruskan informasi sekaligus mencegah kesalahpahaman terkait dugaan penyebab banjir yang melanda empat desa di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kepala Desa Anggoli, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah, Oloan Pasaribu, mengajak warga yang terdampak meninjau langsung areal perkebunan kelapa sawit milik PT. Tri Bahtera Srikandi serta hulu Sungai Nahombar, Sabtu (19/12/2025).
Penelusuran dilakukan secara terbuka hingga menyusuri alur sungai yang bermuara ke Sungai Sibuntuon dan selanjutnya menuju Sungai Garoga, sungai yang dilaporkan meluap dan berdampak pada empat desa di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Langkah tersebut diambil menyusul beredarnya narasi di media sosial yang menuding banjir disertai kayu gelondongan bersumber dari aktivitas pembalakan liar dan alih fungsi lahan oleh PT. TBS di wilayah Desa Anggoli.
Kegiatan peninjauan lapangan berlangsung terbuka dan turut didampingi Babinsa Desa Anggoli, Sertu. T. N. Berutu dari Koramil 04/Pinang Sori.
Kepala Desa Anggoli, Oloan Pasaribu, menegaskan bahwa kegiatan tersebut bertujuan memastikan kebenaran informasi yang berkembang di tengah masyarakat agar tidak menimbulkan konflik antarwilayah.
“Agar tidak terjadi kesalahpahaman, apalagi kita desa yang bertetangga dan masih memiliki hubungan kekerabatan, kami mengajak seluruh pihak untuk melihat langsung kondisi lahan PT. TBS dan hulu Sungai Nahombar,” ujarnya.
Berdasarkan hasil peninjauan di lapangan, Oloan menjelaskan bahwa penebangan pohon yang ditemukan di sejumlah titik hulu Sungai Nahombar berada di lahan milik masyarakat, bukan di dalam areal perkebunan PT. TBS.
Ia juga memaparkan alur sungai secara geografis dan logis. Sungai Nahombar serta Sungai Sosopan yang hulunya berada di wilayah Tapanuli Selatan bermuara ke Sungai Sibuntuon, kemudian mengalir ke Sungai Garoga.
“Secara logika, tidak mungkin hanya Sungai Nahombar yang berada di sekitar lahan PT. TBS menjadi pemicu banjir besar hingga ke wilayah Garoga,” tambahnya.
Oloan menyebut, aktivitas penebangan yang terlihat di kawasan Anggoli lebih disebabkan oleh pembukaan kebun oleh warga setempat.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyayangkan ketidakhadiran sejumlah kepala desa yang sebelumnya telah diundang untuk bersama-sama turun ke lokasi, yakni Kepala Desa Garoga, Huta Godang, Batu Horing, dan Aek Ngadol.
Meski demikian, kegiatan tetap berjalan dan dihadiri perwakilan warga dari Desa Huta Godang dan Desa Aek Ngadol.
Usai peninjauan, warga Desa Huta Godang, Saut Martua Manalu, menyatakan bahwa temuan di lapangan tidak sejalan dengan tudingan yang beredar di media sosial.
“Setelah kami menelusuri lahan PT. TBS dan hulu Sungai Nahombar, tidak benar jika disebut dari sini asal kayu gelondongan dan longsor. Beberapa titik longsor justru berada di kebun masyarakat, dan tidak mungkin hulu sungai ini membawa kayu hingga ke Sungai Garoga,” jelasnya.
Pernyataan serupa disampaikan warga Desa Aek Ngadol, Heriyanto Sitompul. Menurutnya, dugaan pembalakan liar di lahan PT. TBS sebagai penyebab banjir tidak terbukti.
“Kami sudah melihat langsung. Pernyataan yang menyebut banjir dan kayu-kayu berasal dari lahan PT. TBS adalah keliru. Kami menyampaikan ini tanpa intimidasi maupun gratifikasi dari pihak mana pun, murni untuk mengetahui fakta,” tegasnya.
Di akhir kegiatan, Oloan Pasaribu menegaskan keterbukaannya terhadap siapa pun yang ingin melakukan pengecekan lapangan secara langsung.
“Agar tidak terjadi salah paham, saya siap memfasilitasi dan mengantar siapa saja—baik dari unsur pemerintah, kepolisian, TNI, maupun aktivis lingkungan—untuk menelusuri lahan PT. TBS dan hulu Sungai Nahombar,” pungkasnya.
Ia menegaskan, seluruh pernyataan yang disampaikan berlandaskan fakta lapangan dan disampaikan tanpa intervensi dari pihak mana pun.
(Baginda Ali Siregar)


Comments